Wasting & Stunting Ancaman Terwujudnya Generasi Emas Indonesia, Dokter Anak Beri Penjelasan Ini
Stunting lebih dari sekedar perawakan pendek, yakni kondisi malnutrisi akibat kekurangan asupan nutrisi atau penyakit kronik
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah dan tenaga kesehatan di Indonesia sedang terus berupaya memaksimalkan kesehatan anak dalam menyambut bonus demografi pada 2045.
Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kesehatan, mulai penyakit menular, tak menular, sampai yang menjadi perhatian khusus masalah gizi pada anak.
Berbagai masalah ini bisa mengancam Indonesia dalam memaksimalkan bonus demografi yang telah dicanangkan pemerintah.
Indonesia masih belum bisa melepaskan diri dari masalah malnutrisi, semisal stunting, wasting, dan underweight.
Selain itu, anak Indonesia sudah mulai mengalami malnutrisi tipe lain, yakni obesitas.
Baca juga: Menteri ESDM Sebut Angka Stunting di Kabupaten Bandung 25 Persen, Sekda Bantah, Bilang Cuma 9 Persen
Berdasarkan survei status gizi Indonesia pada 2022, ada sebanyak 21,6 persen balita atau satu dari lima anak mengalami stunting, sedangkan 7,7 persen balita, atau satu dari 12 anak mengalami wasting.
Dokter spesialis anak yang ahli dalam bidang tumbuh kembang sosial, Prof dr Rini Sekartini menyebut, stunting lebih dari sekedar perawakan pendek, yakni kondisi malnutrisi akibat kekurangan asupan nutrisi atau penyakit kronik yang mengakibatkan kegagalan seorang anak untuk mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya.
"Hasil penelitian, akibat stunting tak hanya sebatas perawakan pendek, tetapi tingkat kecerdasan lebih rendah, performa di sekolah menurun, kemampuan fisik yang lebih rendah, dan lebih mudah jatuh sakit. Jangka panjangnya, akan berakibat menurunnya kemampuan ekonomi negara," katanya, Selasa (31/10/2023) di Bandung.
Berikutnya, masalah wasting atau dikenal sebagai gizi kurang hingga gizi buruk, menandakan kurangnya asupan nutrisi bersifat akut.
Wasting pada anak berusia kurang dua tahun berdampak jangka panjang yang buruk.
"Biasanya anak dua tahun pertama, otak berkembang sangat pesat. Nah, bila anak itu alami wasting hingga gizi buruk maka perkembangannya akan terganggu dan mengakibatkan menurunnya kecerdasan serta kualitas hidup saat dewasa nanti," ujarnya.
Adapun langkah pencegahan terjadinya kondisi malnutrisi sangat penting guna menyelamatkan anak Indonesia.
Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan program 1000 hari pertama kehidupan, yakni upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun, sebab katanya, periode ini periode paling penting dalam perkembangan anak sampai dewasa.
"Upayanya itu dengan inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan, lengkapi imunisasi, dan pemberian makanan pendamping ASI (Mpasi) sejak usia enam bulan. Lalu, penting juga pantau berat badan sampai tinggi badan anak dan memasukkannya dalam kurva pertumbuhan," ucap Rini.
Baca juga: Kementerian ESDM Instruksikan Perusahaan Tambang Kucurkan CSR Untuk Program Penurunan Stunting
Dia pun menyebut, sering seorang anak pada enam bulan pertama belum terlihat alami wasting atau stunting, lantaran kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI.
Tetapi, katanya, pada usia enam bulan saat anak mulai dikenalkan dengan Mpasi, seringkali kenaikan berat badan atau tinggi badan menjadi tak optimal.
"Menurut WHO kan Mpasi yang tepat itu diberikan pada waktu yang tepat, yakni bayi usia enam bulan, jumlah yang cukup baik kebutuhan kalori, sampai zat gizi makro dan mikro bayi. Lalu, proses pembuatan Mpasi higienis, serta tekstur (Mpasi) sesuai dengan kemampuan usia bayi, dengan memberikannya sesuai keinginan lapar dan kenyang bayi. Ibu juga sebaiknya saat momen Mpasi sudah mulai mengenalkan anak dengan aneka makanan juga rasa, sebab akan mempengaruhi selera makan anak sampai dewasa nanti," katanya.
Kandungan gizi Mpasi yang baik, kata Rini, harus mencukupi zat gizi makro dan mikro.
Mpasi juga harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi. (*)
Sumedang-Bangladesh Jalin Kerja Sama Atasi Kemiskinan Ekstrem dan Hapus Stunting |
![]() |
---|
Dompet Dhuafa dan PT Bridgestone Mining Solution Indonesia Peduli Gizi Balita dan Cegah Stunting |
![]() |
---|
Dukung Penurunan Stunting, PLN Cikarang Luncurkan Program Energi Merdeka, Anak Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Kasus Stunting Masih Tinggi, Pemerintah Kota Bandung Buat Empat Alur Pencegahan |
![]() |
---|
Komitmen Pemkab Sumedang Wujudkan Zero New Stunting Lewat Delapan Aksi Konvergensi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.