Pasien MPox atau Cacar Monyet di RSHS Bandung Tidak Bergejala Berat, Tidak Diberi Antivirus
Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memastikan seorang pasien kasus cacar monyet (monkeypox) atau MPox yang tengah dirawat di RSHS tid
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memastikan seorang pasien kasus cacar monyet (monkeypox) atau MPox yang tengah dirawat di RSHS tidak termasuk kategori berat.
Dengan konsisinya tersebut, perawatan pun terus dilakukan tanpa memberikan obat antivirus.
Ketua Tim Infeksi Khusus RSHS, dr Yovita Hartantri, mengatakan tidak memberikan obat antivirus kepada pasien yang dirawat saat ini karena pihaknya melihat kondisi pasien stabil.
Walaupun lesi atau ruam yang muncul di kulit cukup banyak, tapi tidak masuk kriteria berat.
"Tapi dia tidak masuk kriteria yang berat dan juga tidak ada gangguan fungsi organ ginjal maupun liver," kata Yovita melalui siaran video, Selasa (31/10/2023).
Baca juga: WASPADA Cacar Monyet, Dua Warga Jabar Sudah Terinfeksi, Ini Gejala dan Cara Pencegahannya
"Jadi kami bersama dengan dokter penyakit kulit dan kelamin menangani kasusnya hanya memberikan obat-obat topikal dan support obat-obat simptomatik. Jadi karena pasien mungkin merasa nyeri atau gatal, kita hanya berikan itu saja," katanya.
Ia mengatakan obat antivirus hanya diperlukan kepada pasien yang dalam kondisi berat.
Ia pun mengatakan bahwa satu pasien yang tengah dirawat di RSHS ini dinyatakan positif MPox setelah melakukan pemeriksaan dan pengambilan sampel dari lesi maupun darahnya diuji laboratorium rujukan Prof Dr Sri Oemijati.
"Pasien kami laki-laki usia 36 tahun, tinggal di Kota Bandung. Jadi bila kita menemukan seorang pasien tadi ya saya katakan dengan dugaan suspek MPox, kita pertama harus pastikan dulu.
Baca juga: Dinkes Cimahi Waspadai Penularan Cacar Monyet setelah Kasusnya Ditemukan di DKI Jakarta
"Kita bisa ambil dari lesinya lalu juga dari swab tenggorokannya, jadi memang baiknya pasien itu dirawat di rumah sakit untuk menentukan diagnosisnya lalu kita tentukan derajat sakitnya," katanya.
Yovita menjelaskan bahwa MPox adalah satu penyakit emerging dari zoonosis, berasal dari hewan ke manusia, tapi saat ini sudah ditemukan kasus penularan dari manusia ke manusia. Gejala penyakit ini mirip dengan cacar.
"Gejala awal yang didahului dengan adanya demam lalu merasa tidak enak badan, jadi nyeri otot seperti pada kasus infeksi virus pada umumnya. Kemudian dua atau tiga hari akan muncul lesi atau disebut ruam yang dimulai dari daerah area wajah kemudian ke badan dan juga ke telapak tangan. Jadi yang khasnya perbedaannya dengan cacar air kalau kita lihat bentuknya mirip ya," katanya. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
| 182 Ribu Warga Kabupaten Bandung Main Judol, Diskominfo Menggandeng Penegak Hukum |
|
|---|
| 'Mereka Sangat Bahagia', Ribuan Honorer di Bandung Barat Berubah Status Jadi PPPK Paruh Waktu |
|
|---|
| Gelandang Persib Bandung Merasa Dalam Semangat Bagus Jelang Hadapi Dewa Setelah Liburan |
|
|---|
| Bandung Uji Coba Traffic Light AI di Pasteur, Lampu Hijau Otomatis Ikuti Antrean Terpadat |
|
|---|
| DPRD Ingatkan Efisiensi RAPBD 2026 di Kabupaten Bandung Tidak Mengorbankan Layanan Dasar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ilustrasi-cacar-monyet-ilustrasi-monkeypox.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.