Murid SD di Bandung Barat Keracunan

Tak Mengandung Zat Kimia, Yoghurt yang Sebabkan 21 Siswa SD di Padalarang Keracunan Masih Diperiksa

Dinas Kesehatan KBB melakukan uji laboratorium untuk sampel yoghurt tersebut di Labkesda Jabar dan hasilnya memang tidak terdeteksi ada zat kimia

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
Istimewa
Sejumlah murid SDN 1 dan SDN 2 Cimerang yang keracunan akibat jajan yogurt mendapat perawatan di sekolahnya Desa Cimerang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Rabu (11/10/2023). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Yoghurt yang diduga menyebabkan 21 siswa SDN 1 dan 2 Cimerang, Desa Cimerang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami keracunan dipastikan tidak mengandung zat kimia.

Kepastian itu setelah Dinas Kesehatan KBB melakukan uji laboratorium untuk sampel yoghurt tersebut di Labkesda Jabar dan hasilnya memang tidak terdeteksi ada kandungan zat kimia pada minuman yoghurt itu.

Kepala Dinas Kesehatan KBB, Hernawan Wijayanto mengatakan, dengan melihat hasil uji laboratorium dari sampel yoghurt tersebut, maka minuman itu dipastikan tidak mengandung zat kimia yang bisa menyebabkan keracunan.

"Berdasarkan hasil uji laboratorium di Labkesda Jabar, untuk kandungan zat kimia pada yoghurt itu negatif semua," ujarnya saat dihubungi, Rabu (19/9/2023).

Hanya saja hal tersebut bukan berarti bahwa yoghurt itu bukan menjadi penyebab keracunan karena hasil uji laboratorium melalui pemeriksaan mikrobiologi hingga saat ini belum keluar.

Pemeriksaan mikrobiologi itu untuk memastikan apakah minuman yoghurt tersebut mengandung bakteri atau tidak, sehingga nantinya akan diketahui penyebab pasti terkait kasus keracunan siswa SDN 1 dan 2 Cimerang.

Petugas kesehatan saat menunjukkan sampel minuman yoghurt yang diduga menyebabkan 20 murid SD di KBB keracunan, Rabu (11/10/2023).
Petugas kesehatan saat menunjukkan sampel minuman yoghurt yang diduga menyebabkan 20 murid SD di KBB keracunan, Rabu (11/10/2023). (Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)

"Untuk mikrobiologi belum keluar, sampai saat ini kami masih menuggu hasilnya apakah memang ada bakteri atau tidak pada yoghurt itu," kata Hernawan.

Produk Baru

Yoghurt yang diduga menyebabkan 21 siswa SDN 1 dan SDN 2 Cimerang, Desa Cimerang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) keracunan ternyata produk baru.

Minuman berkemasan ini dijual oleh warga di sebuah warung dekat sekolah, kemudian dibeli dan dikonsumsi puluhan warga hingga akhirnya mereka mengalami gejala mual, muntah-muntah, pusing, dan sakit perut.

Wali Kelas VI SDN 1 Cimerang, Neneng Rostikawati mengatakan, jajanan tersebut terbilang produk baru yang dijual kepada para siswa kerena sebulan terakhir tidak ditemukan siswa membeli minuman tersebut.

"Yoghurt baru dijual sejak hari Senin kemarin, bahkan cucu saya sempat beli dan muntah-muntah. Tapi waktu itu saya belum sadar kalau penyebabnya dari minuman tersebut," ujarnya di SDN 1 Cimerang, Jumat (13/10/2023).

Berdasarkan keterangan dari para siswa, kata Neneng, yoghurt itu ternyata dijual kepada siswa dengan harga di bawah pasar yakni Rp 2.000 per kotak, sedangkan di pasaran, harganya antara Rp 7.000-8.000 per kotak.

"Harganya lebih murah, pantas, anak banyak yang mau beli minuman itu. Kalau di minimarket kan harganya lebih mahal ya," kata Neneng.

Sebelumnya, Kapolsek Padalarang Kompol Darwan, mengatakan terkait kasus keracunan di SD tersebut pihaknya sudah mengamankan para pedagang yoghurt tersebut untuk dilakukan pemeriksaan di Mapolsek Padalarang.

"Untuk terduga penjual (yoghurt) sudah kita amankan, kemarin yang diamankan itu ada empat orang. Tapi kita masih mendalami lebih jauh lagi," ucap Darwan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, kata Darwan mereka yang diamankan itu biasa berjualan di sekitar sekolah tersebut dan saat ini semua keterangannya masih terus didalami.

Dalam penyelidikan tersebut, pihaknya mendalami soal asal muasal yoghurt yang dijual oleh pedagang tersebut sehingga pihaknya belum bisa memastikan penyebab pasti keracunan itu karena harus menunggu hasil uji laboratorium.

"Kami masih mendalami lebih jauh, kira-kira barang itu (yoghurt) didapatkan dari mana, kemudian dijual harga berapa dan sebagainya. Sekarang kita masih menunggu hasil lab dari Dinas Kesehatan," kata Darwan.

(Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilma Kamaludin)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved