Disatroni Ratusan Orang di Rumdin Jelang Putusan MK, Gibran Diminta Terka Sendiri Alasan Didemo

Hal yang dilakukan para pedemo dalam aksi mereka adalah dengan melakukan Topo Bisu yang konon tak bertendensi politik apapun.

Tribunsolo.com/Andreas Chris
Joko Suranto (56) Wakil Koordinator Aksi demo di depan Loji Gandrung, meminta Gibran menerka sendiri alasan dirinya didemo, Senin (16/10/2023) 

TRIBUNJABAR.ID - Aksi demonstrasi terjadi di depan Rumah Dinas Wali Kota Solo, Loji Gandrung, Senin (16/10/2023).

Hal yang dilakukan para pedemo dalam aksi mereka adalah dengan melakukan Topo Bisu yang konon tak bertendensi politik apapun.

Dalam aksi tersebut, Joko Suranto (56) warga dari Serengan jadi sorotan karena menjadi Kordinator Aksi Topo Bisu. di rumdin itu,. 

Joko Suranto sempat enggan mengungkap tujuan berkumpulnya masa di depan rumah dinas Gibran Rakabuming Raka tersebut.

Namun demikian, Joko meminta pemangku pemerintahan (Wali Kota Solo) menjawab sendiri atas aksi yang dilakukan sekitar 500-an masa tersebut.

"Ya karena aksi kita ya sesuai dengan moto istilahnya topo bisu, aku nggak bisa memberi tahu atau mengarang apa-apa," kata Joko.

"Ya terima kasih kepada pimpinan kota solo. Jadi kami tidak bisa apa-apa, jadi sesuai moto tadi tetap kita tidak ada tendensi apa-apa, cuma ya kita orang Jawa, topo bisu biar istilahnya pimpinan-pimpinan kita yang tahu, yang menjawab. Untuk ini tidak ada yang lain, cuma topo bisu," ujarnya.

Meski tidak menjawab secara gamblang, Joko menjelaskan massa ingin Solo tetap damai dan tentram.

"Mungkin ada kaitannya (prihatin dengan kondisi negara), kita topo bisu. Jadi tidak ada tendensi kemana-mana, cuma mungkin sedikit banyak mengingatkan kepada pimpinan di Solo supaya Kota Solo tetap damai, tentram gitu lho," katanya.

"Jadi masyarakat tidak butuh apa-apa, masyarakat itu butuhnya damai, gitu aja," imbuh Joko.

Lebih lanjut Joko menjelaskan bahwa topo bisu yang dilakukan oleh massa kali Iki bisa diartikan untuk mengingatkan para pemangku kuasa.

"Ya kita kan orang Jawa, dari nenek moyang kita dulu. Topo bisu itu istilahnya 'yen koe tak elikne wegah ya aku tak meneng wae' gitu aja. Istilahe bahasa kerennya ya Yen koe dielingke masyarakatmu ora nggugu ya kita cuek aja," tegas Joko.

Sementara itu, saat ditanya terkait adanya spanduk bernada protes, Joko menegaskan aksi kali ini tidak berhubungan dengan masalah politik.

"Oh nggak ada, itu nggak ada. Kita tujuannya topo bisu. Tidak ada politik," katanya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com  

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved