Panglima TNI Minta Maaf soal Ucapan Memiting, Jelaskan Maksudnya Saat Berada di Batam

Kata maaf keluar dari mulut Panglima TNI Laksamana Yudo Margono setelah ucapkan kata piting.

Editor: Giri
nazmi abdurrahman/tribun jabar
Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono, saat ditemui di Sesko AD, Kota Bandung, Senin (24/7/2023). 

TRIBUNJABAR.ID – Kata maaf keluar dari mulut Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Permintaan maaf itu disampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Sebelumnya, dia memerintahkan untuk memiting warga. 

Pernyataan itu membuat kehebohan.

Yudo melontarkan kata piting saat rapat membahas penanganan unjuk rasa warga di Rempang beberapa waktu lalu.

“Dari hati saya yang paling dalam, saya memohon maaf atas ucapan saya kemarin. Tidak maksud apa-apa, hanya saja pengertian bahasa di masing-masing daerah berbeda-beda,” kata Yudo Margono seusai membuka kegiatan ASEAN Solidarity Exercise In Natuna (ASEX) 01- Natuna di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Selasa (19/9/2023).

Yudo mengaku, kata memiting ini bukan bertujuan untuk melakukan kekerasan seperti yang diartikan banyak orang.

Namun, kata memiting sering diucapkan sewaktu kecil di desa tempatnya besar merupakan sebagai pelukan untuk melerai seseorang yang sedang bertengkar.

“Jadi memiting ini tujuannya untuk memisahkan atau melerai, agar tidak orang yang dipiting itu bisa mengontrol emosinya yang sedang berapi-api,” jelas Yudo.

Baca juga: Dedi Mulyadi Sarankan Hal Ini Agar Konflik Rempang Tak Jadi Isu Brutal Menjelang Pilpres 2024

“Namun sekali lagi, saya mohon maaf atas ucapan itu yang seharusnya tidak saya ucapkan,” sambung Yudo.

Yudo mengatakan, tindakan memiting lebih aman karena memang personel TNI tidak lagi dilengkapi senjata ketika terlibat melakukan pengamanan aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat.

“Sebab sejak memasuki era reformasi, pihak TNI tidak lagi dilengkapi senjata,” terang Yudo.  

Yudo juga mengatakan, TNI tidak menerjunkan pasukan atau operasi non militer ke Pulau Rempang, Galang, Batam.

Pasukan yang terlibat hanya dari Pangdam setempat atas permintaan pihak BP Batam.

“Perumpamaan saja. Tapi kalau pengertian masyarakat lain-lain ya pada kesempatan ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya,” sebut Yudo.

Baca juga: Terungkap, Imam Masykur Dua Kali Diculik, Hotman Paris Minta Panglima TNI Bersedia Ditemui Keluarga

Diakuinya, selain dari Korem setempat, prajurit di Pulau Rempang merupakan pasukan dari Panglima Komando Armada (Pangarmada), Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal), dan Komando Distrik Militer (Kodim) setempat.

“Saya bahkan meminta Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) TNI Marsekal Muda TNI Agung Handoko untuk turun ke lokasi sebelum kerusuhan pada 7 September itu terjadi,” papar Yudo.

Yudo mengaku sebelumnya juga telah mewanti-wanti agar prajurit TNI jangan sampai terlibat dalam pengamanan bentrok di Pulau Rempang, Batam.

“Baru kemarin Danpuspom TNI Marsekal Muda TNI Agung Handoko pulang, karena saya minta beliau kerahkan Puspom TNI untuk mengawasi itu,” kata Yudo.

Sebelumnya, Yudo mengatakan bahwa TNI bertugas mem-back up polisi dalam proses pengamanan di Pulau Pulau Rempang, Batam.

Bahkan Yudo mengungkapkan TNI hanya BKO (bawah kendali operasi) Polri.

Hal ini juga menjadi sorotan masyarakat dalam menanggapi kericuhan yang terjadi di Batam terkait penolakan relokasi 16 titik kampung tua di Pulau Rempang, Galang, Batam. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Minta Maaf soal Kata "Piting" Warga Rempang, Panglima TNI Bantah Ingin Lakukan Kekerasan"

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved