Kajian Islam

Arti Rebo Wekasan Tradisi di Bulan Safar yang Dilaksanakan Sebagian Umat Islam, Berikut Asal-usulnya

Rebo Wekasan kerap kali diperingati sebagian umat Islam dengan mengerjakan amalan di hari Rabu terakhir di bulan Safar, berikut arti dan asal-usulnya

|
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Hilda Rubiah
Surya.co.id
Arti Rebo Wekasan, Tradisi di Bulan Safar yang Dilaksanakan Sebagian Umat Islam, Berikut Asal Usulnya 

Karena bagian dari tradisi yang tak terdapat sumber dalil dari hadis, sebagian besar ulama menegaskan hukum Rebo Wekasan adalah bid’ah.

Kini, tradisi Rebo Wekasan juga mengalami perubahan.

Biasanya tradisi ini dilakukan NU seperti salat sunah lidaf’lil bala (tolak bala), namun kini sejumlah kalangan ulama menyarankan tidak lagi diniatkan.

Namun, disarankan untuk mengerjakan salat sunah biasanya, seperti rawatib atau salat malam.

Meski begitu ada juga masyarakat mempertahankan menggelar Rebo Wekasan sebagai tradisi semata.

Di sisi lain, soal keyakan Bulan Safar sebagai bulan sial pernah dibahas Rasulullah SAW.

Sebagian masyarakat meyakini Bulan Safar penuh dengan kesialan dan malapetaka.

Keyakinan tersebut sudah ada sejak zaman Nabi yang tersebar di Bangsa Arab dan sebagai kebiasaan orang jahiliyah.

Sementara diketahui meyakini Safar sebagai bulan sial disebut sebagai jenis khurafat atau mitos.
 
Bahkan di Indonesia sendiri, anggapan Bulan Safat sebagai bulan sial pun masih ada diyakini sebagian masyarakat.

Seperti munculnya khurafat dan keyakinan lainnya seperti menghindari pernikahan, aqikah dan bepergian saat Bulan Safar

Meski begitu, anggapan Safar sebagai bulan sial orang jahiliyah dan Bangsa Arab tersebut telah dibantah Rasulullah SAW dalam sebuah hadis.

Dalam hal ini Rasulullah SAW sudah memperingatkan umatnya agar tak percaya akan adanya bulan sial tersebut.

Rasulullah tidak sama sekali membenarkan menganggap Bulan Safar sebagai bulan sial.
 
Hal ini pun pernah disampaikan Rasulullah SAW, beliau bersabda:

“Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan Bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR. Bukhari).

“Tiada kejangkitan, dan juga tiada mati penasaran, dan tiada juga Safhar”, kemudian seorang badui Arab berkata:

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved