Bilah Garuda Dikirim ke IKN

Sosok Nyoman Nuarta, Pembuat Selubung Garuda untuk Istana Presiden di IKN yang Dibuat di Bandung

Inilah sosok Nyoman Nuarta, yang menjadi pembuat selubung Garuda untuk Istana Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN).

|
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
I Nyoman Nuarta memperlihatkan miniatur Istana Garuda yang merupakan satu dari bagian istana kepresidenan di Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur yang diproduksi di workshop NuArt, Setra Duta Raya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (19/5/2023). 

TRIBUNJABAR.ID - Inilah sosok Nyoman Nuarta, yang menjadi pembuat selubung Garuda untuk Istana Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Melalui unggahan Instagram miliknya, Nyoman Nuarta mengabarkan bahwa ia telah mengirimkan bilah selubung untuk Patung Garuda itu ke IKN.

"Bandung, 30 Agustus 2023. Pengiriman perdana bilah selubung Garuda ke IKN Nusantara oleh PT Siluet Nyoman Nuarta," tulisnya, dikutip dari Instagram @nyoman_nuarta.

Pada Selasa (18/7/2023) lalu, Tribunjabar.id berkesempatan mewawancarai Nyoman Nuarta secara langsung mengenai pembuatan bilah selubung Garuda ini di NuArt Sculpture Park, Kota Bandung.

Nyoman menjelaskan bahwa pengerjaan selubung Garuda itu berlangsung sejak Februari 2023 lalu.

Nantinya, selubung Garuda akan menjadi fasad kantor presiden yang merupakan rangkaian bilah-bilah burung Garuda.

Bilah-bilah selubung Garuda ini juga akan memiliki bentuk bolong-bolong yang berfungsi sebagai ventilasi udara.

Lantas seperti apa sosok Nyoman Nuarta?

Baca juga: TEDx Dago Hadirkan Nyoman Nuarta hingga Lukisan Milik Zahra yang Ceritakan Kepergian Eril

Sosok Nyoman Nuarta

I Nyoman Nuarta merupakan seniman kelahiran Bali, 14 November 1951.

Ia menghabiskan masa kecilnya di sebuah desa bernama Tegallingah Bali dan pindah ke Bandung untuk menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1972.

Semasa kecilnya, Nyoman Nuarta sangat dekat dengan alam dan telah memahami pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Oleh karena itu, karya-karya Nyoman Nuarta biasanya merefleksikan pentingnya filosofi masyarakat Bali seperti yang dikenal dengan "Tri Hita Karana".

Pada 1977, Nyoman Nuarta menjadi bagian dari Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia.

Momen tersebut menjadi titik balik Nyoman Nuarta dalam memulai kariernya secara profesional di dunia seni.

Ia memenangkan Sayembara Patung Proklamator Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada 1979, hanya beberapa saat sebelum lulus dari ITB.

Sebagai seorang seniman dan pematung, Nyoman Nuarta telah membuat lebih dari 200 karya seni.

Nyoman Nuarta yang hadir sebagai pembicara di TEDx Dago.
Nyoman Nuarta yang hadir sebagai pembicara di TEDx Dago. (Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati)

Berbagai karya seninya itu telah ditampilkan baik secara nasional maupun internasional baik dalam pameran solo maupun grup.

Sepanjang kariernya, Nyoman Nuarta telah mendapatkan berbagai penghargaan seperti yang diberikan oleh Nanyang Academy of Fine Arts (1989), Indonesia Culture Exhibition (1992), Urban Art Contest (1992), REDAS Competition (1993), APEC Sculpture Garden Manila (1996), dan Padma Shri (2018).

Nama Nyoman Nuarta pun semakin dikenal secara signifikan setiap tahunnya dengan berbagai mahakarya yang diciptakan.

Salah satunya adalah penggambaran salah satu adegan epik Mahabharata dalam patung monumental berjudul "Arjuna Wijaya" yang terletak di Jakarta.

Selain itu ada pula lambang TNI Angkatan Laut setinggi 60 meter bernama "Jalesveva Jayamahe" yang terletak di kompleks pangkalan angkatan laut, Surabaya.

Ada pula mahakaryanya yang semakin mengharumkan namanya yaitu patung ikonik Dewa Wisnu mengendarai Garuda Agung yang terletak di Bali dengan nama Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Baca juga: Wawancara Khusus I Nyoman Nuarta Pembuat Patung Garuda di IKN, Patung Garuda Isinya Kantor Presiden

Selain menjadi seorang pelaku seni, Nyoman Nuarta juga berkarier dalam bidang bisnis yang berkaitan dengan seni, di antaranya:

• Pendiri dan Presiden Direktur PT Siluet Nyoman Nuarta (1975–sekarang)

• Pemilik NuArt Sculpture Park (2000–sekarang)

• Komisaris Utama PT Konsultan NuArt (2004–sekarang)

• Komisaris Utama PT NuArt Mahachakra Properti (2004–sekarang)

• Konsultan pembangunan infrastruktur IKN (2020–sekarang)

Tentang Patung Garuda IKN

Sebagaimana disinggung sebelumnya, Nyoman Nuarta adalah penanggung jawab pembuatan Patung Garuda di kantor presiden di IKN.

Nyoman menjelaskan bahwa Patung Garuda itu ia buat dengan bahan dasar kuningan dan baja yang tahan cuaca.

"Alasannya adalah supaya kantor presiden ini terjamin kebersihannya tanpa harus dirawat. Mengingat kantor presiden masuk dalam Bangunan Gedung Fungsi Khusus. Jadi misalkan terima tamu agung harus bebersih dulu, ini nggak ada lagi, yang perlu dirawat hanya tanamman saja," ujar Nyoman saat ditemui di NuArt Sculpture Park, Jalan Setraduta Raya No L6, Selasa (18/7/2023).

Nyoman menambahkan, patung Garuda ini bentuknya tidak seperti patung pada umumnya.

Patung ini terdiri dari selubung yang berdiri berjajar yang menyelimuti area kantor presiden.

Jadi di dalam patung ini tidak kosong. Melainkan, ada kantor presiden yang dikelilingi catwalk, dan hutan hijau.

"Catwalk ini memudahkan dalam proses pembersihan tinggal jalan saja sambil keliling, cukup bisa dikerjakan oleh pekerja sehari-hari nggak usah pakai kontraktor," ujarnya.

Nyoman juga memastikan, patung Garuda yang dibangun menggunakan selubung secara berjajar tidak akan membuat area kepresidenan terkena hujan karena terdapat dek khusus.

"Kalau hujan aman, karena ada dek, jadi masuk lewat samping saja, atas juga ada dek. Dek nya itu atap juga dan air hujan nggak bisa kemana-mana," kata dia.

Selain itu juga keunggulan bahan kuningan dan baja mampu menjaga suhi agar kantor kepresidenan tidak merasakan panas berlebih.

"Kuningan itu kalau dihantam  matahari langsung panasnya cuma tembus hingga 20 cm dan akan menguap. Sedangkan selubung ini panjangnya ke dalam ada yang 2-3 meter. Setelah itu bahan ini lama kelamaan akan berubah warna jadi warna patina kehijauan yang akan mengurangi panas," tuturnya

Dua bahan tersebut lantas digabungkan dalam satu bilah selongsong yang nantinya disusun secara berjajar membentuk burung garuda.

"Dari material ini artinya kalau ada hujan kemungkinan masuk dan akan berkarat tetapi justru karatnya ini kuning, tapi  lama kelamaan akan berubah. Ini kuningan ada campuran timah, bahan dasar kan tembaga dicampur dan ada logam lain. Jadi jangan kaget dan jangan protes lama kelamaan akan berubah jadi warna hijau," kata Nyoman.

Nyoman mengatakan dalam proses pembuatan bilah ini membutuhkan 4.854 bilah dengan berat 1 bilahnya adalah 0,3 ton sehingga memiliki total  1.456 ton yang setara dengan 290 gajah.

Dalam proses pengerjaan  bilah ini diakui Nyoman cukup rumit, namun ia mengatakan sudah mendapatkan pengalaman yang jauh lebih sulit yaitu saat mengerjakan patung GWK di Bali.

"Kita sudah berpengalaman saat mengerjakan GWK itu sulit dengan ketinggian 121 meter, kalau patung garuda ini ketinggiannya 77,7 meter," ujarnya.

(Tribunjabar.id/Rheina Sukmawati/Putri Puspita Nilawati)

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved