Angka Perceraian di Jabar Masih Tinggi, Baznas Jabar Berikan Pelatihan untuk Penyuluh Hipnoterapi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, angka perceraian di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Ketua Baznas Jabar, Anang Jauharuddin, saat memberikan sambutan pada acara pelatihan hipnoterapi bersertifikasi melalui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Penyuluh agama memiliki peranan strategis untuk menjadi mediator berbagai persoalan di masyarakat.

Salah satunya dalam menekan angka perceraian.

Hal itu diungkapkan Ketua Baznas Jabar, Anang Jauharuddin, dalam keterangannya, Rabu (23/8/2023).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, angka perceraian di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Sebanyak 113.643 kasus perceraian terjadi di Jabar," ujar Anang.

"Tingginya angka perceraian ini sebaiknya menjadi perhatian bersama karena keluarga adalah unit terkecil utama yang akan berperan penting dalam membetuk masyarakat, peradaban, dan mewujudkan generasi emas," katanya.

Anang mengatakan, pihaknya turut berkomitmen dalam menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat.

Salah satunya dengan memberikan pelatihan hipnoterapi bersertifikasi melalui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Pelatihan itu pertama kali diberikan lembaga Baznas Jabar.

Total ada 78 penyuluh yang mengikuti pelatihan tersebut.

"Pelatihan dan sertifikasi hipnoterapi untuk penyuluh agama Islam ini merupakan yang pertama di Indonesia."

"Mari manfaatkan sebaik-baiknya fasilitas ini untuk meningkatkan kapasitas penyuluh agama agar mampu menjadi konsultan yang mampu memecahkan permasalahan masyarakat baik secara pribadi, keluarga, maupun anggota masyarakat," katanya.

Wakil Ketua I Baznas Jabar, Rachmat Ari Kusamanto, menambahkan, pelatihan dan sertifikasi hipnoterapi ini merupakan yang pertama di Indonesia.

"Insyaallah Baznas Jawa Barat menginisiasi pertama di Indonesia sebuah pelatihan bersertifikasi BNSP untuk hipnoterapi bagi 78 penyuluh agama."

"Ini pertama di Indonesia karena belum ada penyuluh agama yang bersertifikat BNSP dilatih seperti ini," ujar Rachmat.

Rachmat menjelaskan, setelah mengikuti pelatihan, penyuluh agama tersebut akan diberi target sebagai salah satu indikator capaian pelatihan.

"Jadi, para penyuluh agama nanti harus bisa menurunkan tingkat KDRT, kedua menurunkan tingkat perceraian, ketiga membentuk keluarga yang sakinah, dan keempat literasi zakat," katanya.

Rachmat berharap, pelatihan hipnoterapi bersertifikasi BNSP bagi penyuluh agama ini bisa berkontribusi baik penyelesaian persoalan di masyarakat. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved