Apa itu TPST Berteknologi RDF? Kota Bandung Memperoleh Bantuan Pembangunan di Tiga Lokasi Berbeda

Kota Bandung memperoleh bantuan pembangunan TPST RDF di 3 lokasi yaitu di Nyengseret, Taman Tegalega dan Cicabe. Saat ini masih disosialisasikan.

Penulis: Tiah SM | Editor: Kemal Setia Permana
pemkot bandung
Dokumentasi--- Eks TPA Cicabe menjadi salah satu lokasi pembangunan TPSt berteknologi RDF. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG -  Kota Bandung mendapatkan bantuan pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

Bantuan TPST ini berada di 3 lokasi di Kota Bandung masing-masing Nyengseret, Taman Tegalega dan Cicabe

Pembangunan TPST - RDF yang dilaksanakan Balai Prasarana Permukiman (BPPW) Jawa Barat merupakan bagian dari Program Improvement of Solid Waste Management to Support Metropolitan and Regional Cities Project (ISWMP). 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudi Prayudi, mengatakan bahwa TPST tersebut nantinya akan mengolah sampah dengan hasil menjadi Refuse Derived Fuel (RDF). 

Pengelolaan sampah ini, kata Dudi, dilakukan dengan memodernisasi pembuangan limbah yang memanfaatkan teknologi RDF menjadikan sampah sebagai sumber energi terbarukan untuk alternatif batu bara. 

Untuk waktu pengoperasian, Dudi mengatakan, saat ini dalam agenda penunjukan pihak ketiga.

"Sampai Juni 2024 kontrak pembangunannya oleh Kementerian PUPR. Selama 10 bulan pendampingan setelah itu diserahkan ke kami (Pemkot Bandung) untuk dioperasikan dan di anggarkan pada APBD, " ujarnya. 

Dudi mengatakan bahwa prototip TPST RDF sudah dilakukan di TPST Cicukang Holis yang mampu mereduksi sampah menjadi 10 ton per hari. 

"Prototipenya itu dioperasikan di Cicukang Holis. Hanya di sana itu baru 10 ton per hari saja. Kalau di 3 lokasi ini akan meningkat kapasitasnya sekitar 100 ton bisa terolah. Sehingga bisa mengurangi sampah yang kita angkut ke Sarimukti," tuturnya. 

Dudi mengakui masih ada masyarakat yang menolak pembangunan, namun proses sosialisasi terus dilakukan. Bahkan, Dudi menjelaskan pihak kewilayahan pun menbantu secara intens untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. 

"Ini proses sosialisasi sedang dilalukan oleh camat dan lurah, intens pendekatan. Hari ini RW, kemudian tokoh masyarakat mengajak kepada masyarakat untuk melihat TPST Cicukang Holis," katanya.

"Boleh jadi pemahamannya belum sampai ke situ, jadi diperlihatkan seperti ini TPST yang akan dibangun. Itu bisa menjawab kekhawatiran selama ini, mereka belum paham berkaitan dengan pengolah sampah," katanya. 

Dudi mengatakan pengelolaan sampah harus meliputi berbagai aspek, mulai dari regulasi, teknologi, pembiayaan hingga partisipasi masyarakat 

Sementara terkait jenis sampah, ia mengungkapkan, teknologi ini bisa mengoalh sampah apapun karena nanti di TPST akan ada proses pemilahan. 

"Sampahnya campur. Di situ ada proses pemilahan dulu, ada organik dan anorganik. Nanti organiknya bisa dijadikan magot atau food waste. Sampah lainnya bisa jadi bahan pencampur dengan bahan anorganik yang diolah menjadi bahan yang dinamakan RDF," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved