Status Pandemi COVID-19 Dicabut Dinilai Jadi Momen Kebangkitan Industri Pariwisata di Bandung Barat

Disparbud), Kabupaten Bandung Barat (KBB) yakin pada tahun 2023 industri pariwisata bakal bangkit setelah sempat terpuruk akibat dihantam pandemi

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Darajat Arianto
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Antrean kendaraan di jalur objek wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kamis (1/6/2023).Disparbud), Kabupaten Bandung Barat (KBB) yakin pada tahun 2023 industri pariwisata bakal bangkit setelah sempat terpuruk akibat dihantam pandemi. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), Kabupaten Bandung Barat (KBB) yakin pada tahun 2023 industri pariwisata bakal bangkit setelah sempat terpuruk akibat dihantam pandemi COVID-19 selama dua tahun.

Pasalnya, pemerintah pusat telah mencabut status pandemi COVID-19 dan beralih ke endemi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status pandemi COVID-19 di Indonesia sejak 21 Juni 2023.

Kepala Bidang Pariwisata Disparbud KBB, David Oot mengatakan, keputusan tersebut merupakan kabar baik karena berakhirnya pandemi dan beralih ke endemi tersebut menjadi angin segar bagi industri pariwisata.

"Betul keputusan presiden itu menjadi angin segar untuk industri pariwisata di KBB karena akan kembali bangkit setelah dua tahun mengalami keterpurukan," ujarnya di Perkantoran Pemda KBB, Kamis (6/7/2023).

Ia mengatakan, untuk kembali membangkitkan industri pariwisata setelah pandemi COVID-19, pihaknya sudah menyiapkan langkah fokus pembangunan, di antaranya meningkatkan nilai tambah bagi produk pariwisata.

Baca juga: Kemacetan ke Lembang Sulit Dihindari pada Libur Panjang, Disparbud Sarankan Hal Ini buat Wisatawan

Menurutnya, pembangunan kepariwisataan tersebut harus disertai dengan upaya meningkatkan nilai tambah dari suatu produk di samping upaya menciptakan produk unggulan.

"Harus ada produk unggulan yang unik sebagai unique selling dan berorientasi pada pemenuhan wisatawan, terlebih kepada wisatawan minat khusus," kata David.

Selain itu, kata dia, harus menguatkan soal tata kelola kepariwisataan yang berorientasi pada sinergi dan orkestrasi setiap pemangku kepentingan, sehingga harus menitikberatkan pada orkestrasi seluruh aktor dan sektor pariwisata harus semakin diperkuat.

"Kemudian yang menjadi arah pengembangan pariwisata pasca pandemi adalah dengan memperhatikan daya dukung di setiap destinasi pariwisata," ucapnya.

Atas hal itu, arah kebijakan dalam pembangunan kepariwisataan tidak lagi menitikberatkan pada jumlah kunjungan karena akan menimbulkan dampak negatif bagi kelestarian atraksi dan destinasi wisata di wilayah Bandung Barat.

Baca juga: Jadi Wisata Edukasi, Warga Serbu Bazar Buku Big Bad Wolf di Bandung Barat saat Momen Libur Panjang

"Jadi dengan kondisi ini harus adanya pembatasan yang sesuai dengan daya dukung maksimal yang dimiliki oleh setiap atraksi dan destinasi wisata tersebut. Lalu, aspek lainnya mitigasi bencana dan musibah, serta perilaku wisatawan yang memperhatikan aspek keamanan dalam berwisata," ujar David.

Sementara hal yang sangat penting, kata David, yaitu branding pariwisata dan tentunya penguatan positif image kepariwisataan yang menekankan pada aspek keselamatan dan kesehatan wisatawan saat berwisata.

Ia mengatakan, penekanan kesehatan dan keselamatan dalam berwisata dilakukan melalui program Cleanliness, Health, Safety dan environment sustainability (CHSE) dan upaya itu tentu saja harus selalu digalakkan dalam setiap promosi yang dilakukan.

"Tapi yang paling penting dari itu semua adalah aspek penguatan kapasitas sumber daya manusia seperti pengembangan upskilling, reskilling dan multiskilling untuk peningkatan kualitas SDM dalam melakukan pelayanan sesuai protokol kesehatan dan keselamatan," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved