Tekanan Inflasi Melandai, Sinyal Positif Suku Bunga Acuan Akan Turun?

Tekanan inflasi melandai apakah akan menjadi Sinyal Positif Suku Bunga Acuan Akan Turun

|
Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi suku bungan acuan 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bank Indonesia tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen.  Kebijakan tersebut untuk memastikan inflasi inti terkendala. 

Sebagai informasi, pada bulan Mei 2023 inflasi di Jawa Barat secara Year on Year (yoy) sebesar 4,32 persen. 

Secara month to month (mtm) Mei 2023 mengalami inflasi sebesar 0,12 persen. 

Baca juga: Tren Suku Bunga Acuan Naik, Begini Dampaknya Terhadap Cicilan KPR, Akan Ikut Naik?

Dosen Manajemen Investasi dan Pembina Galery Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Langlangbuana Bandung, Asep Saepudin mengatakan Inflasi melandai sebagai sinyal positif bagi dunia usaha. 

"Artinya kemungkinan BI 7-Day Repo Rate untuk naik lagi peluangnya semakin kecil, Ini positif bagi pertumbuhan ekonomi global dan nasional," ujarnya, kepada Tribunjabar.id, Senin (19/6/2023) malam. 

Sebab, kata Asep, akan meredakan kekhawatiran kenaikan suku bunga. 

"Inflasi melandai juga terjadi bukan hanya di Indonesia tapi jga di US. Suku bunga acuan yg tinggi juga 'mengikat' dana asing agar tidak keluar dari Indonesia," imbuhnya. 

Asep Saepudin, Dosen Manajemen Investasi dan Pembina Galery Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Langlangbuana Kota Bandung
Asep Saepudin, Dosen Manajemen Investasi dan Pembina Galery Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Langlangbuana Kota Bandung (istimewa)

Asep menuturkan, kenaikan suku bunga acuan di Indonesia (7DD Repo Rate) memiliki dua fungsi. 

Pertama, mereda inflasi yang saat ini mulai melandai. Bahkan, cenderung turun itu sinyal positif bagi perekonomian nasional. 

"Ini terutama karena harga komoditi dan minyak yang mulai stabil," ucapnya. 

Asep menambahkan, Inflasi di US saat ini sekitar 4.00 persen sudah mulai mendekati inflasi normal di US 1 persen-2 persen. 

"Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Komisi VII DPRI RI menyepakati asumsi dasar harga minyak mentah Indonesia atau cadangan Crude Price (ICP) untuk Rancangan anggaran dan Belanja (RAPBN) Tahun 2023 sebesar USD95 per barel, angka ini lebih tinggi dari ICP di APBN 2022 yakni USD63 per barel. Tadi malam harganya sudah dibawah US70/barel," katanya.

Baca juga: Efek Domino Naiknya Harga BBM, Pejuang KPR Bisa Menjerit karena BI Naikkan Suku Bunga Acuan

Saat ini, ujar Asep, dengan harga komoditi mulai stabil. Bahkan untuk BBM Pemerintah sudah dari awal bulan Juni mulai menurunkan BBM Non- Subsidi seperti Pertamax dan Pertamina Dex. 

"Ini kondisi yang bagus untuk pertumbuhan ekonomi, karena multiplier effect dari penurunan harga BBM itu sangat luas dan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi," katanya. 

Masih dengannya, Bahkan harga BBM sempat menyentuh USD 67/barrel beberapa hari lalu. 

"Jika inflasi terus melandai, saya menyarankan agar BI mulai mereview kembali posisi 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) untuk mulai dipikirkan diturunkan agar bisa memacu pertumbuhan ekonomi atau Gross Domestic Product (GDP) diatas 6.3 persen seperti asumsi APBN," tandasnya. 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved