Guru di Pangandaran Mundur

Bertemu Guru Muda di Pangandaran yang Viral, Ridwan Kamil Pertimbangkan Husein Bisa Pindah Sekolah

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan mempertimbangkan Husein Ali Rafsanjani, guru muda di Pangandaran yang viral untuk pindah sekolah.

|
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Instagram @ridwankamil
Ridwan Kamil bertemu dengan Husein, guru muda di Pangandaran yang viral setelah mengundurkan diri dari posisinya sebagai ASN. 

Sosok Husein Ali Rafsanjani guru muda yang sempat mengajar di SMPN 2 Pangandaran, menjadi sorotan setelah unggahannya di media sosial terkait pungli Latsar CPNS.

Dibesarkan keluarga pendidik, Husein memiliki ketertarikan yang serupa.

Kedua orang tuanya pengajar honorer sampai masa pensiun pada tahun 2019.

"Orang tua saya dua-duanya honorer. Makanya, saya tahu beratnya hidup seorang pengajar honorer," ujarnya saat ditemui Tribunjabar.id di kediamanya, Selasa (9/5/2023) malam.

Kendati demikian, ia bersyukur menjadi seorang PNS, berkaca pada kedua orang tua yang tidak pernah merasakan upah negara yang layak.

Husein Ali Rafsanjani (27) menunjukkan bukti penagihan pungli saat Latsar CPNS
Husein Ali Rafsanjani (27) menunjukkan bukti penagihan pungli saat Latsar CPNS (Tribun Jabar/ Nappisah)

"Katanya guru itu pahlawan tanpa tanda jasa, tapi gaji pendidik honorer itu tidak dimanusiakan," ujarnya.

Dihadapkan pada pilihan berat, pengunduran diri Husein sebagai seorang ASN mendapat respons yang memilukan dari sang ibu.

"Saya tidak bercerita detail mengenai kasusnya, cuma bilang sepertinya keputusan sudah bulat untuk meninggalkan Pangandaran sebagai status PNS," tuturnya.

Husein menuturkan, sang ibu sempat menangis mendengar keputusan yang ia ambil.

Baca juga: Curhatan Ayah Husein Guru Muda Pangandaran yang Viral, Rasakan Anaknya Tertekan dan Diintimidasi

"Ayah saya lebih legowo, sempat bertanya kenapa alasannya," ujar Husein.

Baginya, Pangandaran memberikan pengalaman yang tidak ternilai sebagai seorang pendidik.

"Selama ini kan ngajar di Bandung, di mana ekonomi sebawah-bawahnya tuh ketaran. Berbeda dengan Pangandaran, sebawah-bawahnya tuh memang memprihatinkan," ucapnya.

Ia mengaku sempat didatangi oleh muridnya meminta bantuan mengerjakan PR sekolah lantaran tidak memiliki ketersediaan layanan Internet.

"Ada murid tiba-tiba datang, tidak ada kuota katanya. Saya bantu untuk tethering. Karena sudah malam hari akhirnya pergi ke ATM di mana saldo tersisa Rp 150 ribu," ujarnya.

"Semua uang itu saya bagi tiga, setiap murid dapat Rp 50 ribu karena murid yang datang dua orang untuk beli kuota, sisa Rp 50 ribu untuk saya bertahan hidup," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved