Kisah Ajis Pirmansyah, Pemuda Rancakalong Sumedang, Sepak Bola Membuatnya Jatuh dan Bangkit Lagi

Tak ada seorang pun yang mau celaka. Tak juga Ajis Pirmansyah (22). Namun, karena sudah takdir, celaka diterima Ajis sebagai jalan untuk bangkit lebi

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Tribun Jabar/Kiki Andriana
Ajis Pirmasyah (22), pemain timnas sepak bola amputasi Indonesia saat ditemui TribunJabar.id di Rancakalong, Sumedang, Minggu (7/5/2023).  

Laporan Kontributor TribunJabar.id Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Tak ada seorang pun yang mau celaka. Tak juga Ajis Pirmansyah (22).

Namun, karena sudah takdir, celaka diterima Ajis sebagai jalan untuk bangkit lebih baik.

Kini dia menjadi gelandang sayap tim nasional sepak bola amputasi Indonesia. 

Sebelumnya, kaki kanan Ajis, warga Dusun Sukamanah RT02/05 Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, diamputasi pada 2016 hingga di atas lutut. 

Setahun sebelumnya pada 2015, dia mengalami cedera saat bermain sepak bola. Saat itu, dia masih duduk di bangku kelas 3 SMP Terbuka 1 Rancakalong

Dulu, sepak bola baginya hanya hobi.

Dia bermain sepak bola karena kesenangan saja, dan tidak ada target untuk menjadi atlet profesional meski sejak SD dia telah berlatih sepak bola di SSB Putra Kujang (kini SSB Ranc FC) di Rancakalong, Kabupaten Sumedang

"Awal mulanya cedera, tapi penanganannya diurut. Setahun kemudian diamputasi," kata Ajis mengenang peristiwa yang tak bisa dia lupakan saat dijumpai Tribun Jabar.id, di Rancakalong, Minggu (7/5/2023). 

Dia memang sempat kecewa kepada keadaan yang membuat kakinya hilang.

Baca juga: Dua Jenazah Korban Kecelakaan Maut di Cimalaka Sumedang Sudah Dibawa Keluarga, ke Buahdua

Sempat murung dan menghindari pertemuan dengan orang selain keluarga selama berbulan-bulan, Ajis akhirnya menerima keadan itu sebagai takdir yang pasti mengandung hikmah. 

"Karena saya cedera dengan sepak bola, saya bangkit lagi dengan sepak bola," kata Ajis yang sempat juga berlatih sebagai atlet panahan dan atlet kursi roda di kawasan Jalan Pajajaran, Kota Bandung.  

Dia bersyukur kini menjadi bagian dari timnas sepak bola amputasi Indonesia. Sejak 2022, dia lolos seleksi masuk tim tersebut.

"Di samping saya berlatih, saya juga bikin konten, kemudian juga bekerja di Yayasan Sugih Mukti, Desa Margamukti, Sumedang Utara, membuat kaki palsu," ucapnya.

"Saya rasa saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah di daerah, saya tak ingin diberi, saya hanya ingin diapresiasi dengan prestasi yang saya capai saat ini," katanya. 

Baca juga: Breaking News: Kerangka Manusia Ditemukan Pemburu di Gunung Masigit Kareumbi, Sumedang

Ajis memperkuat timnas sepak bola amputasi Indonesia dalam pertandingan di Bangladesh pada Maret 2022 dan timnas berhasil menjadi runner-up. Dia juga turut bertanding di Piala Dunia Sepak Bola Amputasi di Turki pada Oktober 2022.

Sang ibu, Pipit Srijati (41) berkisah, Ajis mengalami masa pengobatan yang panjang mengenai cedera kakinya itu. Setelah dibawa ke pengobatan tradisonal dengan diurut, pengobatan itu tak membuahkan hasil. 

Sebulan setelah peristiwa cedera itu, Ajis baru dibawa ke RSUD Sumedang.

Dokter mendiagnosis adanya kanker tulang (Osteosarkoma).

Penyakit ini adalah kanker yang menyerang bagian sel-sel yang membentuk tulang.

Solusinya diamputasi. 

Namun, Pipit tak mau begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan dokter.

Dia bawa pulang Ajis dan kembali menempuh jalur-jalur pengobatan tanpa amputasi, mulai dari kembali ke ahli urut hingga Ajis diwajibkan meminum obat berupa ramuan. 

"Tidak segampang itu amputasi, tidak percaya, pengobatan berbagai macam dilakukan, tukang urut, ramuan, ada dampaknya sakit mereda, tapi tak lama terasa sakit lagi," ucapnya. 

"Terus-terusan kondisinya demikian. Tiga bulan sakit, Ajis dibawa lagi ke RSUD Sumedang, benjolannya membesar," kata Pipit di Rancakalong

Akhirnya Ajis dirujuk ke RSHS Bandung.

Baca juga: BREAKING NEWS: Sigra Hantam Motor Tanpa Lampu di Cimalaka Sumedang, 2 Perempuan Meninggal Dunia

Ajis menjalani pengobatan tujuh bulan, bahkan hingga lima kali kemoterapi. Pengobatan itu memuncak pada keputusan untuk amputasi

"Tahun baru 2016 saya bawa pulang ke Sumedang. Di rumah, Ajis sempat sehat tapi tak lama, kondisinya makin parah, bahkan tak bisa melakukan apa-apa selain semuanya dilakukan di kasur," katanya. 

Di samping dia terus meminta petunjuk kepada Allah SWT atas penyakit yang diderita anaknya, dia juga terus berusaha untuk pengobatan.

Hingga di suatu titik, dia merelakan kaki anaknya diamputasi. Keinginan amputasi diutarakan pula oleh Ajis. Maka terjadilah. 

"Selama enam bulan dia minder, tak mau bertemu orang, sulit adaptasi. Pernah saya bawa jalan-jalan untuk menyegarkan perasaannya, dia tak mau turun, hanya diam di mobil," katanya.

"Baru setelah ada kaki palsu bantuan dari Pak Dony Ahmad Munir, yang kini jadi Bupati Sumedang, Ajis semangat kembali," katanya. 

Meski sudah berkegiatan di Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Ajis merasa kurang pas berada di cabang olahraga panahan dan kursi roda.

Dia meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke Jakarta, berlatih sepak bola.

Sang ibu mengizinkannya.

Ajis pergi setelah terlebih dahulu berziarah ke makam ayahnya yang meninggal dunia ketika Ajis berusia 6 tahun. 

"Akhirnya jadi seperti ini, bangga sekali saya sebagai orang tua. Sebagai orang tua, saya mendorong apa yang terbaik untuk Ajis," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved