Warga Kampung Adat Cireundeu Melek Teknologi, tapi Makanan Pokok Rasi Masih Diatur Hukum Adat

Bagi warga Kampung Adat Cireundeu teknologi wajib diikuti, tetapi urusan makanan pokok rasi (beras singkong tetap harus diatur hukum adat biar lestari

|
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Adi Sasono
TRIBUNJABAR.ID
Tokoh masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Abah Widiya (dua dari kanan) memimpin upacara adat di kampung itu. Di Kampung Adat Cireundeu, makanan pokok rasi (beras singkong) masih diatur hukum adat, meski warga di situ sudah cukup banyak mengadopsi kemajuan teknologi. 

Rasi ini merupakan perasan singkong yang dikeringkan sehingga akhirnya bertekstur mirip beras. Kemudian setelah melalui beberapa tahapan hingga dimasak, rasi ini baru bisa dikonsumsi dengan lauk pauk seperti nasi pada umumnya.

Abah Widiya mengatakan, meski zaman sekarang sudah berkembang, tapi warga di Kampung Adat Cireundeu tak akan kehabisan singkong sebagai bahan baku rasi, karena dengan mempertahakan lahan warisan nenek moyang itu, lahan untuk menanam singkong masih tetap utuh.

Seorang warga kampung Cireundeu sedang menyiapkan rasi (beras singkong), makanan pokok sebagian besar warga kampung adat itu. Agar tak punah, ada aturan adat yang melarang warganya makan beras nasi seperti warga di luar kampung itu.
Seorang warga kampung Cireundeu sedang menyiapkan rasi (beras singkong), makanan pokok sebagian besar warga kampung adat itu. Agar tak punah, ada aturan adat yang melarang warganya makan beras nasi seperti warga di luar kampung itu. (TRIBUNJABAR.ID)

"Lahan yang ditanam singkong masih ada sekitar 58 sampai 60 hektare itu lahan pribadi masing warga yang sudah dibikin kesepakatan dibikin hutan larangan, hutan tutupan, dan hutan baladahan," kata Abah Widiya.

Atas hal tersebut, warga asli Kampung Adat Cireundeu yang berjumlah 60 KK, selama ini masih tetap bertahan mengkonsumsi rasi, sedangkan untuk warga pendatang atau menantu, dan sanak saudara lainnya tak dilarang mengkonsumsi nasi.

Alasan warga adat masih setia untuk mengkonsumsi rasi tersebut karena sejak lahir sudah dibarengi hukum adat, sehingga tak bisa sembarangan jika mereka mau beralih ke makanan pokok yang lain.

"Kalau kita beralih sembarangan, berarti hukum adat ini dilanggar. Tapi kalau ingin beralih makan nasi harus ada ritual atau selametan untuk menolak bala dan pamali agar makanan yang masuk ke tubuh kita tidak menjadi sebuah penyakit," kata Abah Widiya.

Khusus warga asli Kampung Adat Cireundeu, kata dia, sebaiknya jangan bersembunyi-sembunyi jika ingin beralih untuk mengkonsumsi nasi dan tentunya harus tetap terbuka kepada sesepuh adat.

"Harus terbuka karena disini ada sesepuh dan keluarga, tinggal bicara saja, enggak masalah dan tidak akan dapat hukuman karena apapun yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa itu untuk kebutuhan kehidupan," ucapnya.

Salah satu warga Kampung Adat Cireundeu, Atikah (72) mengatakan, selama hidupnya ia sama sekali belum pernah mengkonsumsi nasi karena selain tidak terbiasa, ia juga ingin tetap mempertahankan budaya leluhur.

"Sampai sekarang saya masih mengkonsumsi rasi karena sudah jadi makanan turun temurun dari nenek moyang saya. Apalagi nasi singkong itu kan teksturnya padat, jadi makan sedikit juga bisa langsung kenyang," kata Atikah.

Dengan mengkonsumsi rasi sejak lahir, Atikah sendiri sampai saat ini tak pernah tergantung pada beras, apalagi selama puluhan tahun, keluarganya tak pernah kekurangan stok singkong sebagai bahan baku rasi itu.

"Semuanya (keluarga) makan rasi, kalau saya makan rasi sejak lahir tahun 1950, kalau urang tua sejak tahun 1918 atau sudah 100 tahun lebih makan rasi dan sama sekali belum pernah makan nasi," katanya.

Dengan kebiasaan memakan rasi tersebut, Atikah dan semua anggota keluarganya sampai saat ini tak tergoda untuk mengkonsumsi nasi meskipun banyak pendatang yang memakan nasi sebagai makanan pokok.

"Enggak mau (makan nasi) sudah terbiasa makan rasi, kalau bahasa Sundanya teu kabita. Intinya, kalau bukan keturunannya yang meneruskan (makan rasi) siapa lagi," ucap Atikah.

Warga lainnya, Sopiah (41) mengatakan, sejak lahir sampai saat ini, ia juga tetap makan rasi, tetapi sebaliknya sang suami yang merupakan warga pendatang tetap makan nasi, karena tak terbiasa makan rasi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved