Delapan Fakta Sosiologis Main Lato-lato, Harus Diketahui Ada Dampak Negatifnya

Permainan lato-lato tengah hits saat ini dan sering dijumpai di mana pun. Tapi, tahukah Anda, ada fakta sosiologis dan dampak negatif.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Giri
Tribun Jabar/Deanza Falevi
Mainan lato-lato yang dijual di Kawasan Situ Buleud, Kabupaten Purwakarta, Sabtu (7/8/2023) malam. Secara umum, permainan lato-lato menjadi momen bagus bagi orang tua untuk 'sedikit' melepaskan anak dari gawai dan dapat membangun growth mindset lewat penekanan bahwa proses itu penting, tak ada yang instan. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Permainan lato-lato tengah hits saat ini dan sering dijumpai di mana pun. Tapi, tahukah Anda, ada fakta sosiologis dan dampak negatif dari permainan lato-lato ini. 

Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad, Hery Wibowo, menyampaikan, lato-lato merupakan jenis permainan tradisional yang sudah ada sejak 1990-an dan saat ini kembali populer di Indonesia.

Secara umum, permainan lato-lato menjadi momen bagus bagi orang tua untuk 'sedikit' melepaskan anak dari gawai dan dapat membangun growth mindset lewat penekanan bahwa proses itu penting, tak ada yang instan.

"Ada delapan fakta sosiologis permainan lato-lato," katanya, Senin (9/1/2023).

Berikut fakta sosiologis lato-lato:

1. Lato-lato mampu membangun interaksi sosial

Lato-lato lebih menyenangkan untuk dimainkan bersama-sama.

Artinya, ini bisa menjadi ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi alien karena suka menyendiri dan generasi rebahan.

Baca juga: Imbau Lato-lato Tidak Dibawa ke Sekolah, Disdik Kabupaten Cirebon Bakal Keluarkan Surat Edaran

2. Lato-lato mampu membangun identitas sosial dan konsep diri positif

Anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya. 

"Tentu ini bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya karena mereka memiliki wahana untuk menunjukkan kebiasaannya yang belum tentu dimiliki anak lain di lingkungan sosial permainannya," kata Hery.

3. Menjadi magnet fear of missing out atau FOMO

"FOMO ini menjadi salah satu karakteristik kuat dari generasi Z berdasar analisis para ahli. Generasi Z yang lahir dari 1995-2012 selalu takut dikatakan ketinggalan zaman. Jadi, mereka berlomba mengejar apapun yang sedang viral," ujar Hery.

Baca juga: Murid SD di Cimahi Boleh Membawa Lato-Lato ke Sekolah, Dianggap Ada Manfaat, Tidak Akan Dirazia

4. Lato-lato mampu wadahi karakter generasi Z sebagai generasi do it yourself

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved