Varian Omicron XBB Cepat Menular, Masyarakat Diimbau Jangan Menunda Lakukan Hal Ini

Varian Omicron XBB cepat menular oleh karena itu masyarakat diimbau jangan menunda melakukan hal ini

Editor: Siti Fatimah
Kompas.com/Shuttterstock
Ilustrasi Sub varian Omicron XBB 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Belum lama ini Kementerian Kesehatan RI mengumumkan tambahan tiga kasus konfirmasi positif sub varian omicron XBB. Dikutip dari laman resmi Kemenkes, kasus tersebut merupakan transmisi dari dalam negeri dan luar negeri.

Dengan demikian hingga Selasa (25/10) total ada 4 kasus COVID-19 varian XBB di Indonesia.

''Pasien semuanya bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Tapi semua pasien sudah sembuh dan mereka hanya melakukan isolasi mandiri, tidak dirawat di rumah sakit,'' ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril pada Konferensi Pers Rabu secara virtual (26/10)

Dari 4 pasien tersebut, 3 di antaranya berlokasi di DKI Jakarta dengan 2 pasien transmisi lokal dan 1 pasien transmisi luar negeri.

Baca juga: Masyarakat Diminta Waspada, Kasus Covid di Jabar Meningkat 2 Kali Lipat, Ditemukan Varian Baru XXB?

Sisanya 1 pasien lagi berlokasi di Surabaya dengan transmisi luar negeri.

''Dengan demikian pasien konfirmasi XBB ini terdapat 2 pasien transmisi luar negeri dari Singapura dan 2 pasien transmisi lokal,'' ucap dr. Syahril.

Menyusul temuan ini, Kementerian Kesehatan langsung melakukan upaya antisipatif dengan melakukan tracing dan testing terhadap kontak erat dan hasilnya negatif.

Semua pasien sudah dilakukan vaksinasi, ada yang sudah dua kali ada juga yang sudah Booster.

Dengan adanya temuan tersebut, masyarakat diimbau untuk tidak panik.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Wagub Jabar Minta Rumah Sakit Persiapkan Diri

Dikutip dari laman resmi UGM, Covid-19 subvarian Omicron XBB telah menyebar di sejumlah negara.

Terdapat 26 negara yang telah melaporkan adanya kasus infeksi XBB ini. Saat ini varian XBB juga telah teridentifikasi masuk ke Indonesia.

Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Gunadi, Ph.D, Sp.BA, mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi masuknya Covid-19 subvarian Omicron XBB ke Indonesia.

Tanda awal terpapar Virus Corona atau Covid-19
Tanda awal terpapar Virus Corona atau Covid-19 (Pixabay)

Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada dan memperkuat penerapan protokol kesehatan.

“Jangan khawatir berlebihan. Bagi yang belum vaksin segerakan vaksin dan lakukan booster juga bagi yang belum untuk meningkatkan perlindungan terhadap penularan Covid-19 sub varian baru ini,” jelasnya, saat dihubungi Kamis (27/10).

Ia menjelaskan bahwa Covid-19 akan terus terus bermutasi.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Naik Lagi, Puncaknya Satu hingga Dua Bulan ke Depan

Adapun varian baru XBB merupakan hasil evoulsi dari varian Omicron.

Karenanya varian XBB memiliki sifat dasar yang sama dengan Omicron dari segi kecepatan penularannya.

Disamping itu, varian ini juga dianggap setara dengan kemampuan varian Omicron BQ.1.1 dalam menghindari sistem imun tubuh (imun escape).

Gambar mikroskop elektron transmisi menunjukkan virus corona SARS-CoV-2, juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus coronavirus yang menyebabkan COVID-19
Gambar mikroskop elektron transmisi menunjukkan virus corona SARS-CoV-2, juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus coronavirus yang menyebabkan COVID-19 ()

“Varian XBB ini selain cepat penyebarannya juga bersifat imun escape setara dengan Omicron BQ. 1.1 yang bersifat paling mampu menghindar dari sistem imun kita. Ini patut menjadi perhatian kita semua,”terangnya.

Di Singapura saat ini terjadi peningkatan kasus gelombang XBB.

Menurutnya, Singapura dengan cakupan vaksinasi yang bagus, namun angka kasus XBB meningkat kebih dari 50 persen  dimungkinkan karena program testing, tracing, genomic survayang cukup tinggi sehingga banyak temuan kasus.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Jabar Kembali Naik Dua Kali Lipat, Kini Capai 600-an Kasus Per Hari

“Singapura ini mungkin testing dan tracingnya cukup tinggi sehingga tidak berarti negara lain yang rendah kasus XBB ini memang rendah kasusnya. Bisa jadi karena testing, tracing, genomic surveillance belum tinggi,”paparnya.

Gunadi menyampaikan bahwa saat ini Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM terus aktif berpartisipasi melakukan pengawasan genom (genomic surveillance).

Pihaknya hingga saat ini terus melakukan pemeriksaan sampel dengametode whole genome sequencing atau pengurutan keseluruhan genome pada virus Covid-19 untuk melacak bagian yang mengalami perubahan materi genetik atau mutasi di wilayah DIY dan Jawa Tengah.

“UGM masih terus melakukan genomic surveillanc. Kita ambil sampel di akhir September 2022 lalu dan saat ini masing dalam proses running serta analisis harapannya hasilnya bisa keluar di minggu-minggu ini untuk bisa mengetahui apakah ada XBB di DIY dan Jateng,” Katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved