DUH Tahu dan Tempe Akan Kembali Langka, Perajin Tahu dan Tempe Mogok hingga Besok

Kelangkaan terjadi setelah perajin tahu dan tempe yang tergabung dalam Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar kembali mogok berproduksi, sejak Jumat

Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
Tahu-tempe yang dijual di Pasar Tradisional Sindangkasih Cigasong Majalengka. Perajin tahu tempe di Majalengka tidak ikut mogok. Tribuncirebon.com/Eki Yulianto 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tahu dan tempe akan kembali langka di sejumlah pasar tradisional di Jawa Barat mulai hari ini.

Kelangkaan terjadi setelah perajin tahu dan tempe yang tergabung dalam Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar kembali lakukan aksi mogok produksi, sejak Jumat (28/10/2022).

Rencananya mogok akan berlangsung selama tiga hari hingga Minggu (30/10/2022).

Ketua Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar, Zamaludin, mengatakan mogok produksi selama tiga hari ini sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar yang dilakukan pada Sabtu, 22 Oktober lalu di Jalan Terusan Pasirkoja.

Baca juga: Soal Mogok Perajin Tahu Tempe, Kopti Kota Bandung Tak Mogok Karena Sudah Dapat Ini Hingga Desember

Musyawaran ini, ujar Zamaludin, menghasilkan beberapa poin kesepakatan.

Selain sepakat untuk meliburkan produksi dari hari ini sampai dengan Minggu, mereka juga sepakan untuk menaikkan harga jual.

"Harga penjualan tahu citak atau takus naik Rp 5.000 per papan, sedangkan untuk tempe menyesuaikan," ujarnya.

Zamaludim mengaku sudah memberitahukan hal ini kepada pemerintah agar memperhatikan dan memberikan kebijakan pada kenaikan bahan baku tahu dan tempe.

"Harga bahan baku (kedelai) di Bandung saja sudah Rp 13.700 per kilogram. Lalu, untuk di luar Bandung mencapai Rp 14.200 - 14.600 per kilogram. Kami pun meminta pemerintah untuk bisa memperhatikan kondisi ini dan untuk masyarakat mohon maaf tahu dan tempe mulai Sabtu ini sampai Senin depan tidak ada tahu dan tempe di pasaran," katanya.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Jabar, Iendra Sofyan, sudah mencoba untk berkomunikasi dengan para perajin yang hendak mogok produksi.

Kenaikan harga tahu yang rencananya akan dilakukan para produsen menyusul kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan bakunya, ujar Iendra, bisa ia pahami.

Baca juga: Tahu Tempe Bakal Menghilang di Ciamis, Ratusan Perajin Mogok Akibat Harga Kedelai Rp 14.000 per Kg

"Saya pikir kalau target sampai 10 persen (kenaikan) itu tak terlalu besar. Kalau memang ada hal yang belum terpenuhi, akan kami coba usulkan ke pemerintah pusa," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, kemarin.

Sejauh ini, ujar Iendra, mereka telah memberikan subsidi kacang kedelai Rp 1000 per kilogram sampai akhir 2022.

Menurutnya subsidi Rp 1.000 per kilogram itu sudah cukup. Terbukti, di beberapa daerah tak terjadi gejolak atau protes.

"Ketersediaan yang kami pantau di pasar, kedelai masih aman dan harga pun masih sesuai atau sama dengan sebelumnya," katanya.

Iendra mengatakan, kenaikan harga kedelai kali ini tak lepas dari kondisi ekonomi Amerika Serikat yang dengang mengalami inflasi.
"Saya kira itu menjadi salahsatu penyebabnya. Kami juga dapat impor (kedelai) dari Amerika Serikat," katanya.

Kepala Disdagin, Kota Bandung, Elly Wasliah, mengatakan produsen tahu dan tempe di Kota Bandung tak akan mengikuti gerakan mogok berproduksi seperti yang digagas Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar.

Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kota Bandung, ujar Elly, sudah menyuratinya dan menyatakan bahwa mereka akan tetap akan berproduksi.

"Semua perajin tahu dan tempe di Kota Bandung tak akan mogok karena para perajin tahu tempe yang masuk ke Kopti sudah mendapatkan subsidi harga kacang kedelai Rp 1000 per kilogram sejak April 2022," ujarnya di Balaikota, Jukemarin.

Hal senada diungkapkan Ketua Kopti Kota Bandung, Asep Nurdin.

Baca juga: Curhat Penjual Tahu Tempe di Majalengka, Diprotes Emak-emak Pembeli karena Ukurannya Makin Kecil

"Kopti bukan tidak setia kawan, tapi Kopti mitra pemerintah dan diberikan kepercayaan untuk menyalurkan bantuan selisih harga sampai Desember mendatang, " ujar Asep melalui sambungan, kemarin.

Meski meminta semua anggota Kpoti Kota Bandung tetap produksi dan berjualan, Asep mengaku tak melarang anggotanya jika mau ikut mogok.

"Tapi,, bagi yang jualan, kemudian ada masalah, misalnya diganggu, kami akan berikan bantuan hukum. Jangan sampai terjadi ada kekerasan kepada pedagang yang berjualan," ujar Asep.

Pedagang tahu dan tempe di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Neng Siti (30) mengaku bingung dengan aksi mogok para produsen tahu dan tempe ini.

Siti mengaku bingung, karena mendapat dua surat edaran.

"Satu, dari Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar yang menyatrakan harus mogok. Dua, edaran dari Kopti yang menyatakan tetap produksi dan boleh jualan, " ujar Siti di lapaknya.

Hingga kemarin, tahu dan tempe masih bisa ditemui di hampir semua pasar tradisional di Kota Bandung.
Harga tahu masih berkisar Rp 5.000-an per kantong, tergantung jenisnya, begitu pula di sejumlah kota dan kabupaten lainnya di Jabar.

"Harganya masih tetap, Rp 5.000 per kantong, belum ada kenaikan. Kalau harga tahu dari pengrajin itu Rp 4,5 ribu per kantongnya," ujar Neneh (58), penjual tahu-tempe di Pasar Muka, Kabupaten Cianjur, kemarin.

Berbeda dengan di Kota Bandung, mogok produksi sudah dilakukan ratusan perajin tahu dan tempe di Kabupaten Ciamis.

“Kami akan berhenti produksi selama tiga hari,,” ujar Kades Cisadap, H Muslih, yang juga perajin tempe ini, kemarin.

Di Desa Cisadap saja, ujar H Muslih terdapat 500 KK perajin tahu dan 10 KK perajin tempe.

Baca juga: Soal Mogok Produksi Tahu Tempe di Jawa Barat, Disperindag Jabar Jelaskan Begini

Sentra utama produksinya di Dusun Ciobodas dan Dusun Selawi. Tahu tempe produksi dari Cisadap dijual ke pasar-pasar di Ciamis, Kota Banjar serta Kabupaten/Kota Tasikmalaya.

Masalah yang terjadi sekarang, ujar Muslih, bukan stok kacang kedelai langka. tetapi harganya yang terus naik.

Harga kacang kedelai yang biasanya hanya Rp 8.000/kilogram, terus naik sejak sebulan terakhir.
Selasa pekan lalu, harga eceran kedelai sudah nembus angka Rp 13.000/kilogram.

Padahal dua hari sebelumnya masih Rp 12.800/kilogram.

“Tapi dalam seminggu ini naik lagi jadi Rp 14.000/kilogram. Naik terus bawaannya,” ujar Muslih.

Dengan tingkat harga kacang kedelai Rp 14.000/kilogram, artinya 500 KK perajin tahu dan 10 KK perajin tempe di Cisadap setiap hari total uang yang dikeluarkan untuk membeli 20 ton kacang kedelai mencapai Rp 280 juta/hari.

Untuk berkelit dari beban biaya produks. Muslih terpaksa mengurangi produksi.

Biasanya ia membutuhkan 500 kilogram kacang kedelai/hari untuk membuat tempe.

"Terpaksa dikurangi jadi 400 kilogram/hari, tetapi sekarang harga kacang kedelai naik terus. Tak berhenti,” katanya.

(nandri prilatama/tiah sm/fauzi noviandi/ andri m dani)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved