Ending Konflik Orang Tua Mahasiswa dengan SBM ITB, Sudah Ada Dialog, Progresnya Baik

Forum Orang Tua Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB mengapresiasi langkah rektor yang membuka dialog terkait konflik SBM ITB.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Giri
Tribun Jabar / Muhammad Nandri
Pertemuan orang tua mahasiswa SBM ITB dengan Rektor ITB, Senin (8/8/2022). Konflik SBM ITB sudah menemui titik terang penyelesaian. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Forum Orang Tua Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB mengapresiasi langkah rektor yang membuka dialog terkait konflik SBM ITB.

Ada beberapa tuntutan orang tua mahasiswa yang mulai dipenuhi oleh kampus.

Perwakilan Forum Orang Tua Mahasiswa SBM ITB, Ali Nurdin, mengatakan, orang tua mahasiswa bertemu dengan pihak dekanat baik secara offline dan daring pada 20 Agustus.

Dalam pertemuan itu, dialog berjalan lancar serta beberapa tuntutan sebagian dipenuhi.

Pihak SBM ITB yang hadir yakni Plt Dekan SBM ITB, Prof Jaka Sembiring; Plt Wakil Dekan Bidang Akademik, Prof Tjandra Anggraeni; Kepala Program Studi Manajemen, Dr Eng Nur Budi Mulyono; dan Kepala Program Studi Wirausaha, Akbar Adhiutama.

"Pak Jaka Sembiring bilang bahwa komunikasi selama ini sudah mulai terbuka baik dengan pihak orang tua maupun rektorat sehingga beberapa kegiatan itu sudah mengakomodasi permintaan orang tua," kata Ali di Bandung, Selasa (6/9/2022).

Ali melanjutkan, sejak masalah SBM ITB muncul pada Desember 2021 telah terjadi penurunan mutu dan kualitas pendidikan.

Namun, seiring waktu tuntutan orang tua, mutu mulai dipenuhi dan kondisi SBM ITB terus membaik.

"Beberapa waktu terakhir, beberapa permintaan orang tua sudah dipenuhi jadi pada pokoknya menyambut baik," ujarnya.

Baca juga: Ratusan Masyarakat Tanjungsari Tasikmalaya Antusias Ikuti Kegiatan Olahraga yang Digelar SF ITB

Ali menjelaskan, tuntutan orang tua kepada rektorat dan SBM ITB yakni agar kualitas dan mutu pendidikan tidak berubah, serta pembelajaran yang baik dan telah diberikan ke mahasiswa tidak dihilangkan.

"Memang tidak langsung tuntas (masalah) tapi pintu dialog sudah dibuka. Permasalahan di SBM ini sudah mulai mencair dengan diawali pertemuan dengan pihak rektor,” katanya.

Menurut Ali, beberapa tuntutan yang dipenuhi rektorat yaitu kegiatan mentoring, visiting professor, dan coaching clinic tetap ada.

Pihaknya pun sempat sampaikan somasi ke rektor karena tidak pernah dibuka pintu dialog.

Baca juga: Cegah Penyakit ISPA, SF ITB Petakan Aktivitas Fisik Siswa Berdasarkan Demografi Sekolah se-Jawa

Kini, para orang tua memahami bahwa rektorat memiliki keinginan untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang baik.

“Kami paham bahwa perlu ada masa transisi, dan kami harapkan masa transisi tidak mengganggu kualitas pendidikan,” ujarnya.

Pada kesempatan itu pun, kata Ali,  Plt Wakil Dekan Bidang Akademik, Prof Tjandra Anggraeni, menyampaikan terkait kurikulum baru yang akan diimplementasikan pada semester 1 tahun ajaran 2022/2023.

Baca juga: SCCIC ITB: Pemerintah Perlu Gandeng Swasta Kembangkan Smart City

Sebelum penerapan kurikulum ini pihaknya menerima masukan dari seluruh stakeholder baik dari mahasiswa, internal, alumni, dan benchmarking ke beberapa universitas. 

"Pertemuan ini diharapkan ada masukan dari para orangtua terhadap pelaksanaan kurikulum ke depannya dan yang disampaikan pada pertemuan kali ini adalah program yang akan dilaksanakan selama tahun 2022,” ujar Tjandra melalui Ali.

Ali pun menjelaskan alasan orangtua harus melakukan somasi kala itu. Menurutnya, mereka berharap semuanya menjadi baik. Dia menyebut membandingkan kualitas mutu itu tidaklah bisa apple to apple, melainkan perlu adanya FGD antarangkatan.

“Harusnya mahasiswa memperoleh hal yang sama untuk setiap angkatan. Bila ada kebijakan rektor untuk unifikasi, maka orangtua juga perlu ada unifikasi terkait biaya dan lainnya,” katanya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved