KPA Sebut Program Penanganan HIV/AIDS Tak Berbanding dengan Anggaran, Jumlah Penderita Naik Terus
Program utama pencegahan HIV/AIDS di Cianjur tak berbanding lurus dengan anggaran yang dimiliki, padahal penderita meningkat terus setiap tahun
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Darajat Arianto
Laporan wartawan Tribunjabar.id, Ferri Amiril
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Program utama pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur tak berbanding lurus dengan anggaran yang dimiliki.
Hal tersebut juga tak sepadan dengan jumlah kasus penderita HIV/AIDS yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang didapat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur tercatat dari tahun 2019 hingga 2021 ada sebanyak 469 pengidap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Hal tersebut berbanding terbalik dengan anggaran penanganan yang terus menurun.
Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Cianjur, Hilman, mengatakan, pihaknya mengatakan tahun ini anggaran untuk penanganan HIV/AIDS sebesar Rp 75 juta.
"Anggaran sebesar Rp 75 juta itu tentu tidak sebanding dengan dengan tingkat kasus ODHA di wilayah Cianjur yang terus meningkat setiap tahunnya," katanya.
Selama priode Januari hingga Juni, kata dia, ada sebanyak 179 orang yang tertular HIV/AIDS.
"Minimnya anggaran yang diterima KPA Cianjur berimbas pada sejumlah program yang terpaksa ditunda, seperti program-program hulu yang sifatnya krusial," katanya.
Ia mengatakan, daerah lain, seperti Sukabumi mengeluarkan anggaran sebesar Rp 200 juta dan Bogor Rp 900 juta per tahunnya untuk penanganan HIV AIDS.
"Idealnya alokasi penanganan HIV/ Aids di Cianjur juga besaranya sebanyak itu, karena banyak hal yang harus dilakukan untuk menangani kasus yang terus menaik pertahunnya," katanya.
Baca juga: 12 Murid SD di Cianjur Terpapar HIV/AIDS, KPA dan Kemensos Beri Arahan pada Keluarga
Hilman menilai, dengan anggaran yang jauh dari cukup itu menyimpulkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Cianjur kurang peduli dengan permasalahan HIV/AIDS.
"Dengan adanya dua Perda ini, seharusnya pemerintah harus bertanggung jawab dengan menyiapkan anggaran yang ideal untuk penanganan HIV/AIDS," katanya.
Terpapar dari Orang Tua
KPA Cianjur menyebut ada 12 murid sekolah dasar (SD) positif HIV/AIDS.
Rata-rata mereka terpapar dari orangtuanya.
Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Cianjur, Hilman mengatakan, belasan siswa yang positif HIV/Aids rata-rata duduk di bangku kelas 5 dan 6 atau berusia 10 dan 12 tahun.
"Terdata sebanyak 12 siswa yang tersebar di sejumlah SD di Kabupaten Cianjur. Mereka terpapar dari orangtuanya masing-masing," kata Hilman, di Cianjur, Selasa (30/8/2022).
Baca juga: Mahasiswa Prihatin Penularan HIV/AIDS di Kalangan Mereka, Berharap Ada Sosialisasi Lewat Medsos
Ia mengatakan, murid tersebut diketahui terpapar setelah dilakukan pemeriksaan VCT atau tes sukarela orangtua dari belasan siswa itu.
"Sebagian besar dari siswa yang terpapar ini merupakan anak yatim piatu. Karena orangtuanya sudah pada meninggal, karena Aids," katanya.
Ia mengatakan, anak-anak ini berasal dari keluarga tidak mampu, dan saat ini tinggal bersama nenek dan kerabat orangtua mereka.
"Mereka terpapar sejak lahir yang ditularkan dari orangtuanya. Kasus IRT (ibu rumah tangga) yang positif HIV di Cianjur sendiri memang terbliang tinggi. Rata-rata mereka tertular dari suaminya," katanya.
Ia mengatakan, selain menjamin pasokan obat yang harus rutin dikonsumsi oleh mereka, KPA Cianjur juga menggalang donasi untuk membantu pemenuhan biaya sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari.
"Alhamdulilah ada warga yang bersedia membantu secara rutin, baik bantuan uang juga kebutuhan sehari-hari, seperti paket sembako," ujarnya.
Baca juga: Ganasnya Penularan HIV/AIDS Akibat Seks Bebas di Cimahi, 65 Penderitanya Meninggal Dunia
Sejauh ini, ditambahkan Hilman, rata-rata kondisinya sehat, namun mereka tidak mengetahui sebagai ODHA.
Pengelola Program KPA Kabupaten Cianjur, Silmi Kaffah menyebutkan, tren HIV/Aids di Cianjur meningkat. Sepanjang 2022 hingga Juni jumlah penderita HIV/AIDS di Cianjur mencapai 119 orang.
Jumlah tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya, sehingga tren kasus HIV/Aids menunjukkan peningkatan yang mencolok.
"Sepanjang 2021 ada 109 orang. Sekarang baru setengah jalan angkanya sudah mencapai 119 orang, dan diprediksi terus naik sampai akhir tahun," kata Silmi.
Silmi menyebutkan, dari besaran angka kasus ini, mayoritas penderita berasal dari kalangan lelaki seks lelaki (LSL)
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ilustrasi-stop-hivaids_20171031_183303.jpg)