Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Muhammad Luthfi: Cari Inspirasi dari 7 Presiden RI
Latar belakang pendidikan sebagai teknokrat tak mebuat Muhammad Luthfi ST MSI gagap terhadap politik.
Kalau Pak Harto, Bapak Pembangunan, terlepas dari semua pro kontranya, melalui program repelita, banyak yang dikerjakan.
Pembangunan pertanian jelas, pembangunan infrastruktur juga jelas, dan kondisi kita di daerah juga tidak lepas dari pembangunan era beliau.
Selanjutnya Pak Habibie ini teknokrat sejati, kalau feel saya tidak hanya itu karena kecerdasannya di ruang ekonomi mampu menekan dolar dari Rp 17 ribu hanya menjadi Rp 8 ribu dalam waktu satu tahun.
Mungkin orang tahunya beliau teknokrat tapi tanpa kecerdasan ekonomi yang luar biasa enggak mungkin bisa dia melakukan itu.
Pak Kiai Gus Dur, dengan semua kontroversinya bisa menggeser peradaban, bukan berubah tapi menggeser tatanan-tatanan kehidupan bangsa ini dalam waktu 1,5 tahun.
Semasa kepemimpinan Gus Dur berubah drastis, dari mulai pemisahan TNI dan Polri, dileburnya beberapa kementerian, dan lainnya. Setelah itu, ada Bu Mega sebagai Presiden RI perempuan pertama, kemudian SBY dan Pak Jokowi.
Mereka semua punya warna masing-masing, jadi kalau disuruh pilih salah satu saya bingung.
Sebelum menjadi politisi, Kang Luthfi dulu cita-citanya menjadi apa?
Saya terlahir di keluarga yang lebih nasionalis. Bapak saya pegawai BUMN yang kebetulan setiap 2 tahun mutasi.
Saya kuliah di STT Telkom Bandung, lulus pada 2000, dan sempat bekerja di beberapa konsultan karena basic-nya teknik elektro sampai 2009.
Baca juga: Wawancara Eksklusif, Ketua KPU Jabar, Rifqi Ali Mubarok, Masih Banyak Data Ganda di Pemilu 2024
Ini masa transisi, jadi waktu itu saya diminta membantu kawan di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal bersama Kang Helmy Faishal Zaini.
Waktu itu, saya masih belum paham politik, tapi saya mulai melihat warna-warna politik.
Pada 2013, ada perintah yang saya susah menolaknya untuk nyalon bupati.
Saya menolak karena bukan politisi, dan saya memang lahir di Cirebon tapi sudah 25 tahun meninggalkan Cirebon. Kalau diukur popularitasnya masih di bawah satu persen.
Singkat cerita, enggak bisa ditolak dan maju, kemudian ada banyak dinamika dalam prosesnya dan nyalonnya waktu itu enggak terlalu serius belum sepenuh hati, bahkan masih mencari cara kalau bisa saya mundur.
Waktu itu, yang terpilih Pak Sunjaya dapat 27 persen, dan saya 20 persen, hanya selisih 7 persen.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ketua-dprd-kabupaten-cirebon-muhammad-luthfi.jpg)