JQR Segera Survei Lokasi Penyeberangan Sungai Ciujung Cianjur, Biasanya Membangun Jembatan 10 Hari

JQR segera survei ke Desa Sukaluyu, Cikadu, Cianjur, untuk memetakan kebutuhan penyeberangan di Sungai Ciujung. JQR bangun jembatan rata-rata 10 hari

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
ISTIMEWA/BANG JAY
Sekitar 100 murid sekolah dasar negeri Padawaras, Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, berangkat ke sekolah terpaksa harus menyeberangi sungai Ciujung. JQR segera survei ke Desa Sukaluyu, Cikadu, Cianjur, untuk memetakan kebutuhan penyeberangan di Sungai Ciujung. JQR bangun jembatan rata-rata 10 hari. 

Sudah dua kali pihak sekolah setiap berganti camat mengajukan pembangunan jembatan, namun saat berganti lagi pandemi covid melanda sehingga pembangunan infrastruktur terkendala.

Seorang guru SDN Padawaras, Enyep (48), mengatakan, muridnya seperti sudah terbiasa menyeberangi sungai setiap hari terkadang mereka bermain dulu.

Baca juga: Liputan Khusus, Bertahun-tahun Siswa di Cianjur Nyebur ke Sungai untuk Sekolah & Waswas Saat Belajar

"Alhasil tiba di sekolah seragam mereka pasti setengahnya basah," ujarnya melalui sambungan telepon, Minggu (31/7/2022).

Enyep mengatakan, beberapa di antaranya yang punya bekal sekolah menyewa rakit untuk menyeberang

"Kalau musim hujan turun kasihan sama anak-anak karena air Sungai Ciujung meluap banjir, sehingga banyak anak anak yang tidak masuk sekolah karena tidak ada jalan lagi," katanya.

Enyep berharap pemerintah baik daerah, provinsi dan pusat untuk membantu membangun jembatan sebagai akses pelajar.

"Selain akses jembatan yang susah, sekolah kami juga sudah tidak layak pakai seperti ruangan kelas 5-6 yang sudah pada rusak dan ruangan kantor guru mau ambruk," katanya.

Kepala Desa Sukaluyu, Wahyu, mengatakan dari pemerintah desa sudah seringkali mengajukan untuk pembangunan jembatan gantung baru tapi hingga kini belum ada realisasinya.

"Semenjak jembatan gantung hanyut terbawa arus air sungai ciujung pada tahun 2018 hingga sekarang ini belum ada pembangunan jembatan baru, sehingga warga kami sangat kesulitan karena tidak ada jembatan setiap harinya harus naik rakit ada juga yang nekad menyebrang turun ke sungai," ujarnya.

Ia mengatakan, jika mengandalkan Anggaran Dana Desa (DD) tidak akan mampu membangun jembatan gantung baru,sebab anggaran yang dibutuhkan mencapai ratusan juta.

"Sementara dana desa (DD) harus dibagi untuk penaganan lainnya,seperti untuk penangan Covid-19 8 persen, untuk penaganan sandang pangan 20

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved