JQR Segera Survei Lokasi Penyeberangan Sungai Ciujung Cianjur, Biasanya Membangun Jembatan 10 Hari
JQR segera survei ke Desa Sukaluyu, Cikadu, Cianjur, untuk memetakan kebutuhan penyeberangan di Sungai Ciujung. JQR bangun jembatan rata-rata 10 hari
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Jabar Quick Response (JQR) segera melakukan survei ke Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, untuk memetakan kebutuhan penyeberangan di Sungai Ciujung.
Koordinator Media JQR, Hari Brahma, mengatakan, soal membangun jembatan itu paling lama 10 hari.
Selama ini, masyarakat, khususnya peserta didik SDN Padawaras, terpaksa berjalan kaki langsung di badan sungai tersebut untuk mencapai sekolah dari perkampungannya.
Menurut Hari, pihaknya sudah mengumpulkan data dan keterangan terkait kebutuhan infrastruktur penyeberangan sungai tersebut dari guru di SDN Padawaras.
"Kami akan melakukan survei ke Desa Sukaluyu, untuk mengetahui bagaimana kondisi yang ada di sana secara langsung. Kami akan mengambil beberapa data dan membahasnya kembali," kata Hari di Bandung, Selasa (2/8).
Ia mengatakan akan melakukan survei sekaligus dengan dua titik lainnya yang juga dilaporkan membutuhkan infrastruktur penyeberangan jalan.
Ia akan memproses laporan-laporan tersebut berdasarkan prioritasnya.
Baca juga: Bupati Cianjur Kaget Ada Ratusan Murid SD 4 Tahun Ini Harus Nyebur Sungai untuk Sekolah, Ini Katanya
"Personel kami sangat terbatas, tapi permohonan untuk jembatan ini sangat banyak. Makanya akan didasarkan pada prioritas, mana yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi untuk yang di Sukaluyu sendiri, sudah dapat perhatian juga dari Bupati Cianjur," katanya.
Hari menambahkan, jika semua proses berjalan lancar dan sesuai dengan kriteria kebutuhan masyarakat, kemudian setelah teknisnya dikaji, akan segera dibangunkan jembatan gantung.
"Kami biasanya membangun jembatan itu paling lama 10 hari. Seperti yang di Garut, tidak sampai seminggu, jembatan sudah jadi. Kami berharap proses untuk jembatan yang ini bisa lancar," katanya.
Sebelumnya diberitakan, sekitar 100 murid sekolah dasar negeri Padawaras, Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, selalu kebasahan saat tiba di sekolah karena harus menyeberangi sungai Ciujung.
Mereka terpaksa terjun ke sungai karena akses jembatan satu-satunya tergerus air bah tahun 2018 lalu. Ratusan murid tersebut berasal dari Kecamatan Naringgul dan Kecamatan Cidaun yang bersekolah di Cikadu.
Informasi yang dihimpun sejak tahun 2018 jembatan tersebut putus akibat terbawa hanyut banjir bandang yang melanda kampung Padawaras, Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur.
Sudah dua kali pihak sekolah setiap berganti camat mengajukan pembangunan jembatan, namun saat berganti lagi pandemi covid melanda sehingga pembangunan infrastruktur terkendala.
Seorang guru SDN Padawaras, Enyep (48), mengatakan, muridnya seperti sudah terbiasa menyeberangi sungai setiap hari terkadang mereka bermain dulu.
Baca juga: Liputan Khusus, Bertahun-tahun Siswa di Cianjur Nyebur ke Sungai untuk Sekolah & Waswas Saat Belajar
"Alhasil tiba di sekolah seragam mereka pasti setengahnya basah," ujarnya melalui sambungan telepon, Minggu (31/7/2022).
Enyep mengatakan, beberapa di antaranya yang punya bekal sekolah menyewa rakit untuk menyeberang
"Kalau musim hujan turun kasihan sama anak-anak karena air Sungai Ciujung meluap banjir, sehingga banyak anak anak yang tidak masuk sekolah karena tidak ada jalan lagi," katanya.
Enyep berharap pemerintah baik daerah, provinsi dan pusat untuk membantu membangun jembatan sebagai akses pelajar.
"Selain akses jembatan yang susah, sekolah kami juga sudah tidak layak pakai seperti ruangan kelas 5-6 yang sudah pada rusak dan ruangan kantor guru mau ambruk," katanya.
Kepala Desa Sukaluyu, Wahyu, mengatakan dari pemerintah desa sudah seringkali mengajukan untuk pembangunan jembatan gantung baru tapi hingga kini belum ada realisasinya.
"Semenjak jembatan gantung hanyut terbawa arus air sungai ciujung pada tahun 2018 hingga sekarang ini belum ada pembangunan jembatan baru, sehingga warga kami sangat kesulitan karena tidak ada jembatan setiap harinya harus naik rakit ada juga yang nekad menyebrang turun ke sungai," ujarnya.
Ia mengatakan, jika mengandalkan Anggaran Dana Desa (DD) tidak akan mampu membangun jembatan gantung baru,sebab anggaran yang dibutuhkan mencapai ratusan juta.
"Sementara dana desa (DD) harus dibagi untuk penaganan lainnya,seperti untuk penangan Covid-19 8 persen, untuk penaganan sandang pangan 20
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Murid-SD-menyeberangi-sungai-Ciujung.jpg)