Pemuda Tukang Coet Ini Tolak Pikulan Dibeli Jutaan Rupiah, Alasannya Bikin Dedi Mulyadi Terenyuh
Di zaman seperti sekarang ini jarang ditemui pedagang yang jujur dan memiliki pendirian hidup. Tapi kemarin Kang
TRIBUNJABAR.ID - Di zaman seperti sekarang ini jarang ditemui pedagang yang jujur dan memiliki pendirian hidup. Tapi kemarin Kang Dedi Mulyadi bertemu dengan seorang pemuda pedagang coet atau ulekan yang jujur dan punya pendirian.
Dedi bertemu dengan pemuda bernama Adi Ardiansyah tersebut saat sedang berkeliling jualan coet di Lembur Pakuan Subang. Rupanya Adi baru berumur 15 tahun dan mengaku sudah tidak sekolah sejak kelas 5 SD.
“Kenapa gak diterusin (sekolah)?,” tanya Dedi.
“Gak, Pak. Banyak omongan gak enak suka dihina. Kan waktu itu dari sebelum sekolah ikut jualan tisu suka pulang malam. Terus suka dihina bondon jalu (pelacur laki-laki). Jadi males sekolah,” ujar Adi.
Adi sendiri merupakan warga Cigondewah, Kabupaten Bandung. Saat ini ia berkeliling berjualan coet bersama teman-temannya keliling Kabupaten Subang.
Baca juga: Awalnya Minta Foto Bareng, Tiga Murid SD Ini Malah Ditahan Dedi Mulyadi, Ternyata Ini Masalahnya
Kondisi ekonomi lah yang membuat Adi sejak kecil harus berjuang untuk mencari rezeki. Ibunya yang seorang tukang tisu memiliki untung yang pas-pasan. Sementara bapaknya sudah berhenti sebagai sopir angkot karena sepi penumpang dan saat ini masih mencari pekerjaan baru.
“Ini coet dari Padalarang. Saya ke sini ikut sama teman yang jualan balon. Saya jualan coet biar bisa keliling, kalau balon bosan harus diam terus kayak di hajatan,” kata Adi.
Dedi pun mengetes keaslian coet tersebut. Rupanya setelah dicoba coet tersebut bukan terbuat dari batu melainkan dari hasil cetakan semen.
“Ini kalau kita ngulek semen bisa tergerus menyatu dengan sambel. Bukan palsu tapi ini coet semen, coet adukan. Ini mah bukan yang dipahat tapi dicetak,” kata Dedi.
Kang Dedi lantas membawa coet batu miliknya yang dari dapur. Setelah diteliti terlihat perbedaan antara yang terbuat dari batu dan semen.
Dari situlah muncul keisengan Dedi untuk tidak mau membayar coet yang sudah dipecahkannya karena bukan terbuat dari batu. Ia pun meminta agar Adi kembali kepada bosnya dan mengabarkan bahwa coet tersebut bukan terbuat dari batu sehingga Dedi tak mau dibayar.
“Da gimana atuh ini palsu. Bilang sama yang punyanya dipecahin sama Haji Udin (nama samaran Dedi), saya orangnya di sini rumahnya di Lembur Pakuan,” katanya.
Adi pun disuruh pergi menyusul bos coet. Tanpa di sadari, Dedi kemudian menaruh uang di atas coet yang dibawa di belakang pemuda itu. Adi pun kaget dan kembali menemui Dedi karena merasa uang tersebut bukan miliknya.
“Ini bukan uang saya, Pak. Uang bapak mungkin,” kata Adi.
Baca juga: Dedi Mulyadi Berduka, Sosok yang Berkesan Baginya Meninggal Dunia Setelah Salat Subuh
Singkat cerita Dedi mau membayar tapi ingin membeli semua coet termasuk tambang dan rancatan atau pikulan.
“Jangan ini (rancatan) mah paranti (untuk) dagang sehari-hari. Ini mah mau ada yang nawar jutaan juga gak akan saya kasih. Ini sudah dua tahun nemenin, ini sudah jadi teman saya. Harganya murah tapi ini sudah nemenin saya dua tahun ini,” ujar Adi.
Dedi pun kemudian menawar rancatan tersebut mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 2 juta. Namun tetap saja Adi keukeuh tak mau menjualnya.
“Enggak. Ini berarti bagi saya, kenangan ini mah. Ini mah saya susah selalu ada. Kan yang menghasilkan uang juga dari sini,” katanya.
Kang Dedi Mulyadi pun terenyuh dengan ucapan Adi. Sebab Adi dinilai sebagai pemuda tangguh yang memiliki prinsip hidup. Bahkan rancatan atau pikulan yang terbuat dari bambu pun tak mau ditukar dengan uang jutaan rupiah.
“Hebat kamu hidupnya punya prinsip. Kamu lebih mencintai kenangannya dibanding dengan menjual sebuah kenangan,” kata Dedi.
Pria yang juga anggota DPR RI ini menilai Adi akan tumbuh menjadi sosok pemuda yang tangguh karena memiliki prinsip hidup yang kuat. Sebagai apresiasi Dedi pun memberikan uang jutaan rupiah yang tadi ditawarkan untuk ditukar dengan rancatan Adi.
“Sekarang rancatan sama tambang bawa. Ini uangnya bawa. Ini buat modal. Kamu tidak boleh lagi tergantung sama orang lain. Itu modal kerja kamu jadi mulai besok jangan dagang dagangan orang lain, tapi kamu dagang milik kamu sendiri. Kamu jadi tuan,” ujarnya.
“Kamu anak muda hebat punya prinsip, punya sikap, kamu akan jadi orang sukses,” kata Kang Dedi Mulyadi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/pemuda-tukang-coet-ini-tolak-pikulan-dibeli-jutaan-rupiah-alasannya-bikin-dedi-mulyadi-terenyuh.jpg)