Pak Uu Janjikan Penanganan Kasus Bully Parah di Tasikmalaya Tetap Dilakukan Secara Maksimal

Uu Rhuzhanul Ulum, memastikan penanganan bully yang membuat seorang anak di Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia tetap berjalan maksimal.

Tribun Jabar/ Muhamad Syarif Abdussalam
Wakil Gubernur Jabar, Uu Rhuzhanul Ulum, memastikan penanganan bully yang membuat seorang anak di Kabupaten Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia setelah dipaksa melakukan adegan tidak senonoh dengan kucing, tetap berjalan maksimal. 

"Karena Pak Gubernur sangat konsen, kami tidak berharap tahu-tahu ada sebuah keputusan, Pak Gubernur tahu dari luar. Wajar, karena beliau adalah pimpinan kita. Dikasih tahu lebih awal. Dan juga harapan kami dengan kejadian ini kita ambil hikmahnya, viral sehingga masyarakat yang lain tahu kalau mengolok-olok ternyata ada akibat hukum," katanya.

Ia berharap masyarakat mengambil hikmah dari kejadian ini, juga seluruh desa dan kelurahan di Jabar untuk segera memproklamasikan diri menjadi desa dan kelurahan layak anak.

Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta agar pelaku bully yang membuat seorang anak SD di Kabupaten Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia akibat dipaksa melakukan adegan tidak senonoh dengan kucing, tetap mendapat sanksi sesuai dengan asas kemanusiaan dan peraturan, walaupun masih berusia anak-anak.

"Ini mudah-mudahan tidak terulang lagi dan tetap harus ada sanksi konsekuensi kepada yang melakukan, walaupun masih di bawah umur, tentu dengan azas-azas kepatutan kemanusiaan, tapi tetap harus ada pelajaran bagi mereka yang melakukannya," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kamis (21/7) malam.

Baca juga: Polisi Dalami Keterlibatan Orang Dewasa dalam Kasus Perundungan Bocah dengan Kucing di Tasik

Ia mengatakan mengutuk kejadian bully tersebut dan seharusnya pihak sekolah bisa bertanggung jawab penuh atas kasus yang menimpa seorang muridnya teraebut.

"Saya Mengutuk keras kejadian di Tasikmalaya ini. Tanggung jawab dari lingkungan terdekat yaitu sekolah, kepala sekolah, para guru, harus bertanggung jawab penuh karena orang tua menitipkan anaknya ke sekolah untuk dijaga, untuk edukasi," katanya.

Ia mengatakan orang tua di mana pun juga harus mampu mendidik anaknya menanamkan nilai-nilai karakter. Ia mengatakan di rumah, orang tua adalah guru, sedangkan di sekolah, guru adalah orang tua.

"Saya adalah survivor dari bully zaman SMP. Pak gubernur ini korban bully, jadi saya merasakan betul rasanya di-bully. Oleh karena itu tanggung jawab paling utama adalah di lingkungan terdekat yaitu guru dari sekolah," katanya.

Ia menuturkan telah memerintahkan tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Provinsi Jabar untuk menindaklanjuti dan melakukan pendampingan kasus bully tersebut.

Sebelumnya diberitakan, seorang anak SD kelas V di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal dunia akibat depresi. Penyebabnya korban diduga dipaksa teman sepermainannya untuk melakukan perbuatan tak senonoh dengan kucing.

Kejadian tersebut direkam melalui video dan rekamannya kemudian menyebar di media sosial. Korban pun merasa malu dan tertekan hingga akhirnya mengalami depresi.

Belakangan korban pun enggan makan dan minum hingga kondisi kesehatan fisik dan psikisnya memburuk. Korban akhirnya di bawa ke rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia saat dalam perawatan.

Baca juga: Bocah Tasik yang Dibully Teman-temannya Itu Ternyata Sempat 4 Hari Tak Bisa Makan Sebelum Wafat

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved