Menengok Tempat Kuliner di Majalengka, Mi Kocok Legendaris Ini Rasa Kaldu Sapinya Khas dan Gurih
Mi kocok adalah hidangan mi bercitarasa kaldu sapi yang khas. Hidangan ini terdiri atas mi kuning yang disajikan dalam kuah kaldu sapi kental
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Darajat Arianto
Lebih jauh katanya, disebut mi Ucup karena itu merupakan orang tuanya.
Sekarang dilanjutkan olehnya yang mana ayahnya sudah berjualan sejak tahun 1980-an.
"Dulu orang tua saya jualan berkeliling hingga akhirnya mangkal di Cigasong karena pembeli banyak berdatangan," ucap Ade.
Baik mi kocok Ucup ataupun mi kocok Jana sama-sama mulai berjualan pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB hingga malam hari.
Mereka menghabiskan mi, kol dan toge hingga berkilo-kilo gram dan menumpuk di atas gerobak.
Pembelinya terkadang berjubel hingga harus antre.
Sementara, menurut keterangan salah seorang Tokoh Majalengka, Edy Subarhi mengatakan, di Majalengka sendiri mulai ada mi kocok di tahun 1960-an.
Pedagangnya adalah Yaman atau dikenal Mang Yaman, yang berasal dari Jalan Olahraga di Kelurahan Majalengka Wetan, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.
"Mi buatan Yaman nyaris sama dengan mi Jana. Dulu Mang Yaman berjualan berkeliling dengan cara ditanggung (dipikul), hanya dulu pemanasnya menggunakan api arang bukan kompor seperi sekarang, ketika api akan mati kemudian api dinyalakan lagi dengan mesin peniup manual yang diputar dengan tangan."
"Setelah keliling, dia kemudian mangkal di Perempatan Istana Bintang dan baru pulang selepas pukul 21.00 WIB atau setelah mi habis terjual."
“Saya juga dulu kalau api arangnya mau padam terkadang membantu memutar peniup api,” jelas Edy, yang mengaku kala lapar dan malas makan nasi membeli mi Mang Yaman.
Ia menyebut, Mang Yaman meninggal sekitar tahun 1969.
Sampai suatu waktu, tidak ada keluarganya yang melanjutkan usaha hingga akhirnya usaha dilanjutkan Emod yang biasa membantu Yaman saat itu.
Emod, menurut Edy, berjualan langsung mangkal di Perempatan Ke Niang atau orang menyebut Kenyang.
Rasa dan penyajian mi kocok Mang Yaman dan Mang Emod tidak berbeda seolah guru dan murid.
"Hingga akhirnya, sekarang dilanjutkan Jana dan istrinya. Sampai saat ini, saya dengar mi Ucup ataupun mi Jana sering dipesan untuk hajatan atau acara-acara tertentu. Makanya usai diundang disebuah acara sorenya mereka libur berjualan," katanya. (*)