Menengok Tempat Kuliner di Majalengka, Mi Kocok Legendaris Ini Rasa Kaldu Sapinya Khas dan Gurih

Mi kocok adalah hidangan mi bercitarasa kaldu sapi yang khas. Hidangan ini terdiri atas mi kuning yang disajikan dalam kuah kaldu sapi kental

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNCIREBON.COM/EKI YULIANTO
Pak Jana dan istrinya yang sedang berjualan Mi Kocok Legendaris di Perempatan Pasar Mambo, Majalengka, Jumat (8/7/2022). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Mi kocok adalah hidangan mi bercitarasa kaldu sapi yang khas.

Hidangan ini terdiri atas mi kuning yang disajikan dalam kuah kaldu sapi kental, irisan kikil, tauge, bakso, jeruk nipis, dan ditaburi irisan seledri, daun bawang, dan bawang goreng.

Beberapa resep mungkin menambahkan babat sapi.

Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat terdapat juga mi kocok yang dikenal dengan sebutan mi kocok legendaris.

Sebab konon, mi tersebut sudah ada sejak tahun 1969 atau digadang-gadang yang pertama di kota angin.

Mi kocok itu di antaranya adalah mi kocok Ucup yang berada di Bundaran Cigasong, Kecamatan Cigasong dan mi kocok Jana yang biasa berjualan di Perempatan Pasar Mambo, di pusat Majalengka.

Kedua mi kocok ini memiliki kekhasan rasa dan penampilan masing-masing.

Keduanya juga cukup diminati konsumen tetapnya, terlebih mereka yang fanatik dengan rasa.

Mereka inipun sama-sama melanjutkan usaha orang tuanya yang masing-masing kini telah meninggal.

Kini mereka dikenal dengan sebutan mie jana dan mie ucup.

Ditemui di lapak dagangannya, Jana (60) mengatakan, mi-nya menggunakan mi basah yang dibuat sendiri hingga rasanya khas, campurannya toge dan irisan kol.

Ayam yang dipergunakan adalah ayam kampung  berukuran besar yang dikerat.

Namun bisa juga memesan sayap atau yang lainnya selama masih tersedia.

Baca juga: Sampai Bandung, Dokter Cantik Istri Kiper Persib Teja Paku Alam Langsung Buru Mie Kocok Kesayangan

Kuahnya mie ini menggunakan santan sehingga berwarna susu.

"Dengan begitu, rasanya lebih gurih lagi karena rasa bawang goreng yang asli dan banyak serta bawang daun dan seledri yang hampir sama dengan mi kocok Cirebon," ujar Jana, Jumat (8/7/2022).

Kata dia, penyajian mi miliknya itu harus menggunakan piring.

Sehingga lebih terlihat betul irisan ayam, air sup yang berwarna putih serta seledri dan bawang gorengnya.

Berbeda dengan mi Jana, mi kocok Ucup terdiri dari bahan ayam broiler, mi keriting serta kol yang diiris kecil.

Kuahnya selain sup, ada kaldu putih kental yang dimasukan saat akan disajikan dan dibanjur air sup.

Mie kocok ucup menggunakan ayam broiler yang dagingnya dikerat ukuran besar dimasukan pula kepala ayam, ceker, atau ati ampela serta kulit ayam.

"Pembeli bisa memesan daging sesuai keinginan atau selera masing-masing," ucap Ade, anak dari Ucup.

Istimewanya, kata dia, walaupun menggunakan ayam sayur, namun tidak terasa bau atau amis seperti halnya sup ayam broiler.

Tak heran, Ade mengaku jika banyak pembeli yang justru memesan sup ayamnya tanpa campuran mi dan irisan kol.

"Penyajian mi ini adalah mi dan irisan kol di panaskan, digodok kemudian diangkat masukan ke dalam mangkuk."

"Setelah itu dibubuhi ayam yang kerat besar, kepala, ceker, sayap hingga irisan ati ampela dan kulit," katanya.

Setelah itu, lanjut dia, dibubuhi bawang goreng, seledri dan kaldu yang sangat kental baru dibanjur air sup.

Sambal, saus serta kecap bisa dimasukan sesuai selera.

"Kalau kata saya, enaknya mi saya ini dimakan selagi hangat dan dimakan di sini," ujarnya.

Lebih jauh katanya, disebut mi Ucup karena itu merupakan orang tuanya.

Sekarang dilanjutkan olehnya yang mana ayahnya sudah berjualan sejak tahun 1980-an.

"Dulu orang tua saya jualan berkeliling hingga akhirnya mangkal di Cigasong karena pembeli banyak berdatangan," ucap Ade.

Baik mi kocok Ucup ataupun mi kocok Jana sama-sama mulai berjualan pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB hingga malam hari.

Mereka menghabiskan mi, kol dan toge hingga berkilo-kilo gram dan menumpuk di atas gerobak.

Pembelinya terkadang berjubel hingga harus antre.

Sementara, menurut keterangan salah seorang Tokoh Majalengka, Edy Subarhi mengatakan, di Majalengka sendiri mulai ada mi kocok di tahun 1960-an.

Pedagangnya adalah Yaman atau dikenal Mang Yaman, yang berasal dari Jalan Olahraga di Kelurahan Majalengka Wetan, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.

"Mi buatan Yaman nyaris sama dengan mi Jana. Dulu Mang Yaman berjualan berkeliling dengan cara ditanggung (dipikul), hanya dulu pemanasnya menggunakan api arang bukan kompor seperi sekarang, ketika api akan mati kemudian api dinyalakan lagi dengan mesin peniup manual yang diputar dengan tangan."

"Setelah keliling, dia kemudian mangkal di Perempatan Istana Bintang dan baru pulang selepas pukul 21.00 WIB atau setelah mi habis terjual."

“Saya juga dulu kalau api arangnya mau padam terkadang membantu memutar peniup api,” jelas Edy, yang mengaku kala lapar dan malas makan nasi membeli mi Mang Yaman.

Ia menyebut, Mang Yaman meninggal sekitar tahun 1969.

Sampai suatu waktu, tidak ada keluarganya yang melanjutkan usaha hingga akhirnya usaha dilanjutkan Emod yang biasa membantu Yaman saat itu.

Emod, menurut Edy, berjualan langsung mangkal di Perempatan Ke Niang atau orang menyebut Kenyang.

Rasa dan penyajian mi kocok Mang Yaman dan Mang Emod tidak berbeda seolah guru dan murid.

"Hingga akhirnya, sekarang dilanjutkan Jana dan istrinya. Sampai saat ini, saya dengar mi Ucup ataupun mi Jana sering dipesan untuk hajatan atau acara-acara tertentu. Makanya usai diundang disebuah acara sorenya mereka libur berjualan," katanya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved