Ustaz Diusir di Cianjur

Nasib Ustaz Jahat yang Berbuat Bejat ke Santriwati di Cianjur, Dipecat BAZNAS, Nyaris Diamuk Warga

Ustaz SA kini sudah diusir warga karena perbuatannya. Ia pun diberhentikan dari jabatannya di BAZNAS Cianjur.

Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Humas BAZNAS Cianjur, H Ahmad Fatony Rozy. Ahmad mengatakan BAZNAS Cianjur sudah memecat Ustaz SA dari kepengurusan BAZNAS Cianjur. Ustaz SA diduga melakukan pencabulan terhadap santriwatinya. 

Saat menginap, santri perempuan itu mendapat ritual setiap pukul 24.00 WIB. Mereka diharuskan mandi tengah malam dan diolesi madu.

Sang ustaz berdalih ritual mandi tengah malam lalu diolesi madu agar ilmu mengaji cepat terserap santriwati.

Namun, di balik itu semua sang ustaz mempunyai rencana lain dengan cara memegang alat vital santri putri dan tentu membuat para santri putri trauma.

"Jadi setelah mengalami hal tersebut santri putri memilih keluar dari pesantren tersebut, namun belum memberitahu kepada orangtua masing-masing," ujar Uher Suherman.

Uher mengatakan, ustaz bejat tersebut selalu berpesan kepada para santri putri agar tak memberitahu siapa pun mengenai aksi tak terpujinya itu.

"Katanya, kalau diberitahu ilmunya tidak akan berkhasiat," ujar kades.

Uher dan warga pun langsung mengambil sikap sambil berkoordinasi dengan pihak terkait hingga saat ini.

"Dari UPZ tempat ia bekerja sudah datang ke sini. Sekarang saya juga mau berkoordinasi dengan pihak kecamatan. Setiap hari warga terus datang ke kantor desa bertanya soal perkembangan. Saya jamin semua sesuai proses hukum," katanya.

Uher mengatakan, 100-an warga sempat mengepung rumah SA (30) sang ustaz cabul.

Uher mengatakan, aksi anarkis berhasil diredam setelah aparat desa babinsa dan babinmas menjamin sang ustaz akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Warga pun meredam emosi mereka dan membubarkan diri dengan tertib.

Sebelumnya, warga kesal setelah mengetahui penuturan dua korban, YY (19) dan NN (19), yang mengaku dilecehkan sang ustaz.

"Kami siaga di rumah pelaku, saat itu sudah berkumpul sekitar 100 orang warga, kami menjaga agar tidak ada kejadian anarkis," ujar Uher.

Uher mengatakan, jumlah santri di pesantren tempat pelaku terakhir terdata 50 orang. Namun saat ini sudah bubar semuanya.

"Dari kejadian tersebut saya mengimbau kepada orangtua dan guru ngaji agar tak ada lagi murid menginap di guru ngaji terutama yang perempuan," ujar Uher.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved