Ramadan 1443 H
Cerita Menarik Masjid Agung Majalaya, Dibangun Sebelum Kemerdekaan, Belum Pernah Dipugar
Masjid Agung Majalaya masih berdiri kokoh hingga saat ini. Padahal, masjid itu dibangun sebelum Indonesia merdeka.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Masjid Agung Majalaya masih berdiri kokoh hingga saat ini. Padahal, masjid itu dibangun sebelum Indonesia merdeka.
Arsitektur lama juga dipertahankan hingga kini karena termasuk cagar budaya.
Bangunan masjid merupakan satu di antara sisa-sisa dari pristiwa Perang Ganeas, yaitu perang yang terjadi sekitar abad ke-7, antara kerajaan Cirebon dengan Sumedang Larang, yang bersekutu dengan Banten.
Informasi itu seperti yang ditulis di pelang Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Bandung, yang ada di depan masjid.
Pada masa pemerintahan Belanda, masjid ini dijadikan tempat penyebaran agama Islam dan tempat beribadah.
Halaman masjid sering digunakan untuk berkumpul dan bermain anak-anak.
Masjid tersebut memiliki empat tiang kayu besar yang di bawahnya terdapat hiasan ornamen.
Tiang tersebut menyangga hingga kubah di atasnya.
Jika dilihat dari luar, terdapat lima tahap atap atau genteng kayu, yang kerap disebut sirap.
Kubah paling atas terdapat simbol bulan bintang dan satu lagi terdapat lafaz Allah.
Selain arsitektur bangunan yang khas, hingga kini di masjid tersebut masih tersimpan kohkol atau kentungan yang dibuat tahun 1941.
Kohkol yang terbuat dari kayu jati bertinggi sekitar 1,5 meter itu menggantung di tempatnya dengan dudukan yang masih kokoh tersimpan di bagian belakang masjid.
Tepat di depan masjid terdapat Taman Alun-alun Majalaya.
Tentunya masih senada dengan dulu, yang kerap dijadikan tempat berkumpul dan bermain anak-anak.
Sekretaris DKM Masjid Agung Majalaya, Zainal Arifin, mengatakan, masjid tersebut dibangun di tanah yang memiliki luas 1.000 meter persegi.
"Bangunan masjid utama, luasnya sekitar 22x30 meter. Tinggi tiang penyagga di masjid sekitar 19 meter," kata Zainal saat sitemui, Selasa (5/4/2022).
Zainal mengatakan, tanah masjid merupakan wakaf dari orang yang berasal dari Banten, Tubagus Zaenudin.
"Tanah yang diwakafkan orang Banten tersebut tak hanya untuk masjid, termasuk untuk alun-alun, Makam Kondang, dan lainnya," kata Zainal.
Zainal mengungkapkan, masjid sudah mulai dibangun tahun 1939, bisa disebut selesai pada tahun 1941.
"Jadi sebelum kemerdekaan sudah dibangun. Sebelum dibangun memang ada surau atau tajuk," tuturnya.
Dulu Masjid Agung Majalaya, kata Zainal, merupakan tajuk yang berada di tengah kebun karet.
"Tempat ini dulu dijadikan tempat pejuang muslim untuk singgah dan berkumpul," ucap dia.
Zainal mengatakan, terdapat cerita unik dengan adanya kohkol besar terbuat dari kayu jati, yang diberinama kohkol Gempeur Sekaten.
"Jadi dengan kekereatifan panita pembangunan masjid dulu, kohkol tersebut dijadikan alat untuk pengumpulan dana," katanya.
Zainal menjelaskan, pada saat itu siapa saja yang mau mukul kohkol itu, harus bayar satu benggol.
"Uang yang terkumpul digunakan untuk masjid," ujarnya.
Zainal mengatakan, masjid belum pernah dipugar.
"Paling ditambah dengan selasar yang ada di samping dan depannya," kata Zainal.
Zainal mengatakan, penambahannya hanya diselasar yang asalnya terbuka kini tertutup.
"Asalnya kan tak ada jendela pintu atau penghalang, demi keamanan itu ditambah," tuturnya.
Namun arsitektur masjid hingga ornamen di setiap tiang bagian bawah tetap dipertahankan.
"Ini sudah diajukan pada 2010 sehingga jadi cagar budaya," tuturnya.
Adapun pembangunan di samping kanan dan kiri bangunan masjid utama, kata Zainal, seperti tempat wudu, pembangunannya sengaja mengikuti bangunan utama.
"Itu supaya lebih matching, jadi senada semuanya. Sehingga bangunan utama hingga kini tak ada yang diubah, hanya ada penambahan," ucapnya. (*)