Tidur di Majelis Taklim, Warga Terdampak Pergerakan Tanah di Sukabumi Ingin Tempat Layak dan Aman
Warga terdampak pergerakan tanah di Kampung Nyalindung, Palabuhanratu mengungsi di bangunan Majelis Taklim, di kontrakan, dan di konter
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Darajat Arianto
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kabupaten Sukabumi M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Warga terdampak pergerakan tanah di Kampung Nyalindung, Desa Pasirsuren, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terpaksa mengungsi di tempat seadanya.
Warga terdampak ada yang mengungsi di bangunan Majelis Taklim, ada juga yang memilih tidur di kontrakan, bahkan tidur di konter.
Salah seorang warga terdampak, Ai Siti Khoiriyah (34) bersama kedua anaknya yang masih balita dan usia SD memilih mengungsi di majelis.
Ai mengatakan, ia mengungsi di majelis bersama 5 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 23 jiwa.
"Kondisi di sini sih alhamdulillah nyaman ya, walaupun gak senyaman rumah sendiri, namanya juga tempat evakuasi. Satu majelis ini diisi 5 KK, 23 orang, balitanya ada kurang lebih 3 balita yang memang masih kecil-kecil, ada lima balita," ujarnya, Rabu (9/3/2022).
Menurutnya, untuk kebutuhan makan saat ini sudah ada dari dapur umum yang disediakan BPBD Sukabumi.
Namun, untuk kebutuhan lain seperti tempat tidur baik berupa pelbet dan sejenisnya, peralatan makan serta kebutuhan pangan lainnya masih belum memadai.
Bahkan, ia bersama warga inisiatip sendiri meminta pelbet ke pihak Desa yang sebelumnya pernah diberi bantuan oleh Kementerian Sosial RI.
"Untuk kebutuhan dapur umum sudah ada, kita makan ada dari dapur umum BPBD Sukabumi yang menyediakan. Warga sepertinya belum ya, itu pun baru kemarin itu pun kita yang meminta ke desa dan kita dikasih tiga, itu hanya pelbetnya aja buat tidurnya aja, yang lainnya nggk," jelasnya.
Ia dan warga lain berharap pemerintah segera menyediakan tempat relokasi yang aman dan layak untuk dihuni.
"Ini yang kita harapkan dari pemerintah ya pertama tempat relokasi yang aman untuk kita, kalau pun tidak ada tempat relokasi. Kalau ada memang masyarakat yang sudah memilih untuk mengontrak, saya sih berharapnya ada anggaran untuk mengontrak," katanya.
"Karena tidak semua memiliki tempat evakuasi, misalkan ada yang evakuasi mandiri, ada juga yang berusaha mencari kontrakan, nah itu diperhatikan anggaran untuk mengontraknya kalau memang pemerintah belum menyiapkan tempat relokasi untuk kita," harapnya. (*)
