Kasus Positif Omicron di Indonesia Mungkin 8 Kali Lebih Besar dari yang Dilaporkan, kata Epidemiolog

Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman hal ini perlu dijadikan pertimbangan di tengah terjadinya trend kenaikan kasus Covid-19

Editor: Ravianto
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Ilustrasi Covid-19 Varian Omicron. (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo) 

Menurut Dicky hal ini merujuk pada pola yang ada dan kasus berkemungkinan jauh lebih besar.

Ia pun memprediksi mayoritas ledakan pertama terjadi di Jawa-Bali.

Karena karakter Covid-19 menyebar seiring dengan adanya mobilitas.

Harus Waspada

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini Indonesia sedang mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.

Ia meminta semuanya untuk waspada, tetapi jangan panik.

"Kita semua harus mewaspadai tren ini, namun tidak perlu bereaksi berlebihan. Berhati-hati perlu, waspada perlu, tapi jangan menimbulkan ketakutan, dan jangan menimbulkan kepanikan," kata Jokowi dalam pernyataan pers yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (18/1/2021).

Berdasarkan penelitian atau studi yang dilakukan lembaga kesehatan dunia WHO, varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan varian lainnya.

Namun, gejala yang ditimbulkan akibat infeksi varian tersebut lebih ringan dibandingkan varian lain.

"Pasien yang terinfeksi varian ini umumnya pulih, tanpa harus dirawat di rumah sakit," katanya.

Meskipun efek yang ditimbulkan tidak lebih parah dibandingkan varian delta, presiden meminta masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati.

"Jangan jumawa dan jangan gegabah," katanya.

Sebelumnya Kasus varian Omicron di Indonesia terus bertambah.

Pemerintah memprediksi puncak kasus Omicron akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022.

Prediksi tersebut berdasarkan hasil pengamatan pemerintah terhadap kasus Omicron di Afrika Selatan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved