Kasus Positif Omicron di Indonesia Mungkin 8 Kali Lebih Besar dari yang Dilaporkan, kata Epidemiolog
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman hal ini perlu dijadikan pertimbangan di tengah terjadinya trend kenaikan kasus Covid-19
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA- Vaksin Covid-19 berdampak positif melindungi diri dari paparan virus corona.
Meskipun begitu, masyarakat tetap perlu waspada dalam beraktivitas di luar rumah.
Khususnya bagi anak-anak yang melakukan pembelajaran tatap muka.
Apalagi anak-anak di bawah usia 6 tahun belum bisa divaksin.
Kemudian juga anak usia 6-19 tahun kemungkinan baru disuntik satu dosis.
Di sisi lain, mungkin kondisi fisik anak yang menyebabkan belum bisa divaksin.
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman hal ini perlu dijadikan pertimbangan di tengah terjadinya trend kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.
Sehingga, perlu diingatkan pada pihak sekolah dan orangtua.
Untuk anak yang akan melakukan PTM, harus sudah divaksin dua dosis.
Namun untuk anak di luar Jakarta tentu tidak mengkhawatirkan.
"Kalau Jakarta enggak terlalu khawatir karena kita tahu Jakarta ini memiliki kapasitas jauh lebih baik. Tapi bicara luar jakarta sudah beda lagi tu. Misalnya yang berbatasan dengan Jakarta yaitu Jawa Barat dan Banten," kata Dicky.
Dicky mengaku dirinya sangat mendukung pemberlakuan pembelajar tatap muka kembali.
Namun, trend peningkatan harus menjadi perhatian bersama.
"Dalam trend ini, harus betul-betul melihat kasus per hari. Dan Jakarta saat ini memang disebut sebagai medan perang pertama. Kasus temuan kita, kemungkinan besar di masyarakat 8 kali lebih besar dari yang ditemukan dan dilaporkan," katanya.