Anak Petani di Pangandaran Terjebak Pergaulan Bebas, Hamil di Luar Nikah lalu Putus Sekolah
Seorang remaja putri berunisial R (16) anak petani di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran hamil dan putus sekolah.
Penulis: Padna | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Pangandaran, Padna
TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Seorang remaja putri berunisial R (16) anak petani di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran hamil di luar nikah dan putus sekolah.
Di usianya yang masih belia, dia harus meninggalkan bangku sekolah SMK dan mengurus bayi. R berhenti bersekolah setelah kedapatan hamil berusia sekitar 8 bulan oleh orangtua yang sehari-hari ke sawah bercocok tanam.
Hasil pergaulan bebas dengan satu pacarnya, kini R dengan usianya yang masih remaja sudah mempunyai bayi. Satu keluarga sekaligus tetangganya R, AG mengatakan, R hamil akibat pergaulan bebas sewaktu bersekolah.
Baca juga: Cerita Kue Ditendang Tentara di Bandung Antarkan Dudung Abdulracman Hingga jadi KSAD Bintang 4
"Keluarga juga tahu, R hamil terlihat dari postur tubuhnya. Bagian pinggangnya katanya membesar, dan tahu - tahu sudah usia 8 bulan," ujarnya saat ditemui Tribunjabar.id di warung tempat nongkrongnya, Selasa (30/11/2021) malam.
Sebelum berusia 8 bulan, R tidak ketahuan hamil karena sering memakai pakaian tebal dan lebih dari satu.
"Mungkin R, saat berangkat ke sekolah sering memakai jaket sweater. Jadi mungkin, gak keliatan langsung badannya," kata Ia.
Tapi dengan usia kandungannya sekitar 8 bulan, ungkap AG, kini keluarga sudah mengetahuinya.
"Mungkin sekitar dua hari ke belakang lah, di usia masih sekitar 8 bulan R sudah melahirkan jabang bayinya. Dan kayaknya, sudah tidak sekolah lagi," ucapnya.
Baca juga: Saksi Kasus Subang: Ada yang Pengen Buru-buru Keluar Kantor Polisi, Ada yang Yakin tak Terlibat
Masa Badai
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Agoes Salim mengatakan usia remaja adalah masa yang seringkali disebut sebagai masa badai.
Menurut Romy, begitu ia biasa disapa, pada masa ini anak masih berusaha untuk mencari identitas diri dan menyesuaikan dengan perubahan fisiologis tubuh menuju dewasa.
"Ini saja sudah memberi beban. Sehingga banyak yang kemudian mudah terpengaruh oleh lingkungan. Karena mereka mau menunjukkan eksistensinya. Itu membuat mereka berani melakukan sesuatu tanpa memikirkan dampaknya," kata Romy dikutip dari Kompas.com.
Romy menyebut, ketika anak menikah di usia yang masih belia, maka beban pribadi yang dirasakan sebagai dampak dari perubahan-perubahan pada dirinya akan semakin bertambah karena adanya beban hubungan perkawinan.
"Ada tanggung jawab di situ, yang mana biasanya remaja itu masih sulit untuk bertanggung jawab. Dalam hal perkembangan diri, mereka juga harus melihat perkembangan diri pasangannya," ungkapnya.
Baca juga: Kasus Subang Diambil Alih Polda Jabar, Polisi Perluas Penyidikan, Tempat Ini Jadi Perhatian Petugas