Warga di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi Kini Dapat Akses Internet, Berkat Program Ini

Warga di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar kini bisa mengakses interet.

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: taufik ismail
Istimewa
Direktur Common Room Networks Foundation, Gustaff H Iskandar (kiri) bersama Perwakilan dari Kasepuhan Ciptagelar, Yoyo Yogasmana (tengah) saat menceritakan proses masuknya internet ke kampung adat Kasepuhan Ciptagelar. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Puluhan dusun di kampung adat Kasepuhan Ciptagelar sudah dapat menikmati akses internet.

Saat ini, total ada 29 dusun yang diakses oleh 800 sampai 1.000 pengguna per hari. 

Kehadiran internet di kampung adat itu merupakan program dari Rural Information and Communication Technologies (ICT) Camp 2021 yang digagas DFID Inggris.

Rural ICT Camp 2021 ini bagian dari Digital Access Program (DAP) yang didukung oleh The Department for International Development (DFID) Inggris.

DFID saat ini dikenal sebagai Foreign Commonwealth and Development Office (FCDO). 

Kegiatan ini juga bersinergi dengan program Supporting Community-led Approaches to Addressing the Digital Divide Indonesia yang dikembangkan bersama Association for Progressive Communications (APC) dan Common Room Networks Foundation. 

Direktur Common Room Networks Foundation, Gustaff H Iskandar mengatakan, program ini fokus kepada edukasi teknologi terutama internet bagi warga Kasepuhan Ciptagelar.

Tak hanya sekadar menghadirkan internet, kata dia, program ini berupaya melatih, mengedukasi, menggelar seminar, dan lain-lain untuk mendukung ide, inisiatif, dan praktik pemanfaatan teknologi internet. Sehingga, kata dia, internet menjadi komoditas berdampak positif bagi masyarakat.

"Intinya, kami berusaha agar mereka tetap mendapatkan akses internet setelah sebelumnya mereka sangat sulit mendapatkan akses jaringan karena telah berakhirnya program pemerintah," ujar Gustaf, dalam keterangannya, Selasa (12/10/2021).

Perwakilan dari Kasepuhan Ciptagelar, Yoyo Yogasmana mengatakan, pandangan umum masyarakat tentang Kasepuhan Ciptagelar itu terlebakang, ketinggalan zaman, dan anti terhadap perkembangan teknologi.

Tapi, kata dia, di Kasepuhan Ciptagelar justru ada satu falsafah kasepuhan yang justru warganya harus mampu mengimbangi perkembangan zaman, tapi jangan sampai menghilangkan adat atau tradisi leluhur.

"Itu dasar kami kenapa kami membuka diri mendapatkan program ini. Kami harus mampu menggaungkan keseimbangan antara perkembangan modern dan masyarakat adat," ujar Yoyo.

Jauh sebelum ada internet kata dia, warga di Kasepuhan Ciptagelar sudah dapat memenuhi kebutuhan energi listiknya sendiri menggunakan pembangkit air.

"Perangkat modern tak bisa dilepaskan dari kehidupan kami, tapi ada batasannya. Misalnya ada ruang tertentu yang tidak boleh ada teknologi modern. Misalnya saat ritual yang mesti mengeluarkan pusaka kami," katanya.

Ia pun tidak merasa khawatir dengan kehadiran teknologi. Sebab, kata dia,  masyatakatnya sangat menjunjung tinggi hukum adat.

Baca juga: VIDEO-Hingga Kini Tak Ada Kasus Positif Covid-19 di Kampung Adat Ciptagelar Sukabumi, Ini Kata Emil

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved