Kisah Genosida Kelam Jalan Cadas Pangeran, Deret Panjang Kuburan Tanpa Nisan
Belum ditemukan data pasti apakah para pekerja yang tewas itu dimakamkan di sepanjang Jalan di atas tebing Cadas Pangeran
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Siti Fatimah
Mereka sendiri tak sempat mengolah sawah dan ladang sendiri. Kelaparan juga menewaskan anggota keluarga mereka.
"Sampai-sampai orang tak sempat menguburkan para kurban," tulis Pramoedya.
Baca juga: Truk Terguling di Cadas Pangeran, Ekor Kemacetan Sampai Pasar Tanjungsari, Ini Imbauan Polisi
Untuk memperkokoh penghisapan terhadap rakyat Hindia Belanda, Raja Belanda Louis Bonaparte mengirim Daendels yang tiba di Pelabuhan Anyer pada awal tahun 1808.
Dalam sebuah perjalanan dari Batavia ke Semarang yang ditempuh dalam sepuluh hari, Daendels berpikiran untuk melakukan peninggian dan pelebaran jalan.
Namun, dengan modal sedikit, tak mungkin rencana itu sukses kecuali jika pembangunan dibebankan kepada para bupati di daerah yang terlintasi jalan ini.

Dibuatlah jalan dengan partisi sebagai berikut:
Anyer-Batavia, Batavia-Buitenzorg, Buitenzorg-Karangsembung (dengan detail: Cisarua-Cianjur, Cianjur-Rajamandala, Rajamandala-Bandung, Bandung-Parakanmuncang, Parakanmuncang-Sumedang, Sumedang-Karangsembung), Karangsembung-Semarang hingga ke Rembang dan berakhir di Panarukan.
Khusus pembangunan Jalan Cianjur hingga Sumedang, ada jatah beras untuk pekerja, yakni sebanyak 1,25 pon beras per hari dan 5 pon garam per bulan.
Baca juga: Video Viral Warga Kejar Begal di Cadas Pangeran Sumedang, Ternyata Begini Cerita Sebenarnya
Kerasnya medan kerja, kerasnya perlakuan penjajah, membuat banyak rakyat berguguran.
Belum ditemukan data pasti apakah para pekerja yang tewas itu dimakamkan di sepanjang Jalan di atas tebing Cadas Pangeran?
Namun, jika merunut penjelasan Pramoedya tentang orang-orang yang tak sempat menguburkan orang meninggal, boleh dibayangkan di sepanjang Jalan Cadas Pangeran, pernah bergelimpangan mayat.
Kini, Jalan Cadas Pangeran sudah semakin ramai. Warung-warung berjejer di sekitar patung Pangeran Kornel dan Daendels. Di jalan asli yang menanjak melintas ke Pamucatan, ada juga warung-warung penjaja penganan ubi Cilembu.

Pengendara dapat berhenti di sembarang warung. Menikmati ubi hangat baru keluar dari oven, sambil menikmati sejuk udara di sekitar kuburan tanpa nisan terpadat dan terpanjang di Sumedang, bahkan mungkin di Pulau Jawa.
Endang Sonali (66), warga Cadas Pangeran mengenal kisah kekejaman Daendels dalam pembangunan Jalan Raya Pos di silam masa.
Dia mendapatkan kisah-kisah itu secara lisan dari Uyut Halsani, leluhurnya.
Baca juga: Meski Ada Larangan Mudik Lebaran, Jalur Cadas Pangeran Tetap Jadi Perhatian Polisi, Ini Alasannya