Rebut Lagi Afghanistan,Taliban Kuasai Tambang dan Mineral Rp 42 Ribu Triliun
Kelompok Taliban yang merebut kekuasaan pemerintahan Afghanistan memikul tanggung jawab untuk mengelola kekayaan mineral tambang di negaranya.
Sebagai negara industri maju, China butuh bersahabat dengan Afghanistan karena memiliki kekayaan tambang dan mineral yang dibutuhkan industri China.
Bahkan sejauh ini, Beijing sudah menjadi investor asing terbesar di Afghanistan. Setelah negara itu dikuasai Taliban, China tampaknya akan memimpin investasi asing di sana.
“Kontrol Taliban datang pada saat ada krisis pasokan untuk mineral ini di masa mendatang dan China membutuhkannya. China sudah dalam posisi di Afghanistan untuk menambang mineral ini," kata Michael Tanchum, seorang pakar senior d dari Austrian Institute for European and Security Policy.
Metallurgical Corporation of China, korporasi tambang di Asia, punya konsesi 30 tahun menambang tembaga di Provinsi Logar yang tandus di Afghanistan.
Dikutip dari CNN, Rod Schoover, seorang Ilmuan dari Ecological Futures Grou mengatakan, dari letak geografisnya, Afghanistan sudah tentu kaya akan mineral tambang.
"Afghanistan tentu saja merupakan salah satu daerah yang kaya akan logam mulia, tetapi juga logam yang diperlukan untuk memenuhi ekonomi yang muncul di abad ke-21," kata dia.
Tantangan keamanan, plus kurangnya infrastruktur dan kekeringan parah telah mencegah penambangan mineral besar-besaran di Afghanistan.
Pada tahun 2020, diperkirakan 90 persen orang Afghanistan hidup di bawah tingkat kemiskinan berdasarkan standar pemerintah yakni pendapatannya hanya sekitar 2 dollar AS per hari, merujuk pada laporan dari US Congressional Research Service yang diterbitkan pada bulan Juni 2021.
Dalam profil negara yang dirilis Bank Dunia juga menyebutkan bahwa ekonomi Afghanistan masih rapuh dan sangat bergantung pada berbagai bantuan asing.
"Pengembangan dan diversifikasi sektor swasta dibatasi oleh ketidakamanan, ketidakstabilan politik, institusi yang lemah, infrastruktur yang tidak memadai, korupsi yang meluas, dan lingkungan bisnis yang sulit," tulis Bank Dunia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Taliban, Penguasa Baru Kekayaan Tambang Rp 14.000 Triliun di Afghanistan", Klik untuk baca: