Kaum Perempuan Afghanistan Mulai Ketakutan, Dipaksa Dijodohkan dan Tinggalkan Pekerjaan

Dia bersembunyi bersama keluarganya, menghapus foto-fotonya dari media sosial jika Taliban sedang mencari target.

Editor: Ravianto
AP Photo
Para milisi Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan melarikan diri. 

TRIBUNJABAR.ID, KABUL -  Sejumlah wanita Afghanistan mengatakan keluarga konservatif mereka telah menekan mereka untuk meninggalkan pekerjaan dan setuju untuk dijodohkan.

“Mereka mengatakan kepada saya bahwa Anda harus menikah,” kata Samira.

Dia merupakan seorang aktivis hak-hak perempuan yang meminta untuk tidak disebutkan secara lengkap karena masalah keamanan, seperti dilansir AP, Rabu (18/8/2021).

“Saya menangis dan takut," katanya dalam pesan WhatsApp (WA) menggambarkan masa depannya di bawah Taliban sangat gelap.

"Hati saya merasa hancur," katanya.

Samira (32) mengatakan saat dia melarikan diri ke rumah dari kantornya dengan berjalan kaki, Minggu (15/8/2021).

Ia mengenakan setelan jas tanpa kerudung lalu dihadang oleh pejuang Taliban.

"Kamu sudah berakhir!" dia mendengar mereka berteriak saat menyuruhnya pulang.

Dia bersembunyi bersama keluarganya, menghapus foto-fotonya dari media sosial jika Taliban sedang mencari target.

"Saya berjuang untuk menemukan cara melindungi diri saya sendiri," katanya.

Latifa Ainy, seorang aktivis yang bekerja di kementerian pemerintah juga menghapus foto dirinya dari Facebook dan WhatsApp.

Dengan harapan dapat menenangkan Taliban, menggantinya dengan foto anak-anaknya.

“Semua wanita tinggal di rumah," ujarnya.

"Kami tidak bisa keluar karena sangat khawatir atas nasib kami," tambahnya.

"Apa yang bisa mereka lakukan di masa depan? tanyanya.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved