Dedi Mulyadi Marah Besar, Hutan Bambu Dibabat Mau Dibikin Kebun Pisang, 'Aing Rek Sare di Kebon Awi'
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi lingkungan hidup Dedi Mulyadi marah besar. Pasalnya hutan bambu
TRIBUNJABAR.ID - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang membidangi lingkungan hidup Dedi Mulyadi marah besar.
Pasalnya hutan bambu di lahan Perhutani ditebangi oleh pihak perusahaan dan bakal dijadikan kebun pisang. Hutan bambu di lahan Perhutani itu terletak di Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.
Hal itu terungkap saat sejumlah petani penggarap lahan tersebut mengadu kepada Dedi Mulyadi di rumah anggota DPR RI itu di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang.
‘Aing rek sare di kebon awi, rek mawa alat berat ge pek tabrak, wani aing mah (Saya mau tidur di hutan bambu, bawa alat berat juga silakan tabrak, berani saya mah, red)," kata Dedi Mulyadi, setelah mendengarkan curhatan para petani penggarap itu.
Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Razia PPKM Darurat Sebaiknya Disertai Pemberian Bansos untuk Orang Kecil
Dedi Mulyadi bahkan tak kuasa menahan amarahnya saat mendengar seorang petani penggarap sampai jatuh sakit karena lahan garapannya dibabat habis oleh pihak perusahaan.
“Kalau perhutanan sosial itu peruntukannya buat rakyat agar perekonomian warga sekitar meningkat. Bukan untuk warga Jakarta yang menggarap perhutanan di sini. Emosi saya. Yang ngasih izinnya akan saya panggil nanti,” kata Dedi Mulyadi, melalui ponselnya, Rabu (11/8/2021).
Menyikapi persoalan ini Dedi Mulyadi memastikan akan memperjuangkan para petani penggarap itu agar lahan garapannya tidak diganggu oleh pihak perusahaan yang akan mengambil alih untuk ditanami pohon pisang.
“Mereka mengeluh karena pohon bambunya ditebangi dan dibersihkan, oleh perusahaan pemegang hak izin kehutanan sosial,” kata Dedi Mulyadi.
Para penggarap lahan milik Perhutani itu sedikit lega karena pihak Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), tidak setuju pohon-pohon bambu ditebang dan dibersihkan diganti dengan pohon pisang.
“Saya sudah telpon Menteri KLHK, dia tidak setuju bila pohon bambu ditebangi digantikan pohon pisang. Kemudian Dirjen juga saya kabari, pihak Perhutani juga tidak setuju bila bambu ditebangi, Logikanya dimana, namanya hutan itu ada pepohonan, bambu. Kalau pohon pisang itu bukan hutan, tapi perkebunan,” kata Dedi Mulyadi.
Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Bulog Segera Tarik dan Ganti Beras Bansos Buruk dengan Beras Kualitas Premium
Menurut Dedi, ia marah besar karena terkait persoalan ini ada tiga alasan penting menyangkut nyawa manusia.
Pertama, jika hutan bambu sampai dibabat habis, dampaknya akan terjadi longsor karena tidak ada lagi akar pohon bambu yang menahan tanah dan bebatuan di perbukitan.
“Yang kedua jika terjadi longsoran material, baik tanah maupun batu-batuan dari bukit itu masuk ke Waduk Jatiluhur, dampak terburuknya bisa menjebol Bendungan Jatiluhur,” kata Dedi.
Jika itu terjadi, lanjut Dedi, bisa dipastikan Kabupaten Karawang, Bekasi dan Jakarta bakal tersapu banjir dari Waduk Jatiluhur.
“Bisa dibayangkan berapa banyak korban jiwa nantinya, kerugiannya sudah jelas sangat tinggi,” kata Dedi Mulyadi.