Liputan Khusus
Pengusaha Kaca Mata Terpaksa Jadi Pengamen Boneka, Dampak Pandemi Covid-19
Bobi Setiawan (39) menjadi pengamen berkostum karakter. Pengusaha kaca mata ini menerima kenyataan bangkrut karena dampak pandemi Covid-19.
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Menghibur
Kehadiran pengamen boneka menjadi daya tarik bagi masyarakat. Indah (24), warga Cipadung Kota Bandung yang memiliki anak perempuan berusia tiga tahun menceritakan bahwa putrinya sangat menyukai pengamen boneka.
"Kalau lagi jalan-jalan terus lihat badut gitu, anak saya senang. Apalagi kalau ketemu cosplay Hello Kitty," ucapnya.
Baca juga: Apipudin Susul Istrinya yang Meninggal, Mereka Berdua Korban Tabrak Lari di Persimpangan Tonjong
Indah mengaku kehadiran pengamen boneka selalu ditunggu banyak anak-anak seusia buah hatinya.
Adel (22), warga Ujungberung yang memiliki anak lelaki berusia tiga tahun mengaku, awalnya sang buah hati takut namun karena sering bertemu dan melihat rasa takut itu jadi hilang.
"Kan suka ada pengamen karekter Pokemon di pertigaan lampu merah Ujungberung, anak saya suka saya ajak lihat terus dia kasih uang," ucapnya.
Adel berharap, dengan hadirnya pengamen karakter ini bisa menjadi warna baru bagi hiburan masyarakat.
"Semoga, semua orang di balik pengamen karakter itu diberi kelancaran dan rezeki yang berkecukupan," ujarnya.
Namun ada juga masyarakat yang merasa terganggu kehadir mereka. Lana (25), warga asli Sukabumi yang kini merantau di Kota Bandung mengaku, pernah mengalami hal tidak mengenakan.
Baca juga: TKW Sliyeg Indramayu Bukan Dibunuh Mantan Pacar, Telepon Terakhir Ungkap Peran Korban ke Pelaku
"Waktu itu, aku lagi nongkrong di salah satu taman di tengah Kota Bandung, ada tuh pengamen cosplay, karena aku tak pernah pegang uang cash dan saat itu emang bener-bener gak ada receh juga aku bilang maaf ke pengamannya, terus dianya malah marah sambil ngedumel sambil nyumpahin yang enggak-enggak," ucapnya saat ditemui, Sabtu (7/8/2021).
Tentu saja hal tersebut membuat Lana kesal dan langsung memutuskan pergi dari tempat itu. "Sebenernya kan kami enggak tahu seperti apa orang yang ada di balik topeng itu, latar belakangnya, jadi menurut aku lumayan nyeremin."
"Itu harusnya enggak usah ada aja, pesan aku buat pihak yang berwenang mening mereka diamanin. Kalaupun mau ada, mening buat di even saja," ucapnya.
Azka (24), warga Kiaracondong juga mengakui pengamen karakter sangat menggangu, terlebih mereka yang berkeliling ke permukiman penduduk.
"Siang itu tengah hari bolong, menyengat pula di kepala, ada suara musik disko berisik banget lewat depan rumah, ternyata pengaman boneka Mampang," ucap Azka.
Menurut Azka hal tersebut sangat tidak bisa dimaklumi. Menurutnya memasang suara keras-keras guna menarik perhatian orang itu kurang pas.