Liputan Khusus
Pengusaha Kaca Mata Terpaksa Jadi Pengamen Boneka, Dampak Pandemi Covid-19
Bobi Setiawan (39) menjadi pengamen berkostum karakter. Pengusaha kaca mata ini menerima kenyataan bangkrut karena dampak pandemi Covid-19.
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Januar Pribadi Hamel
"Jadi kesel dulu, meskipun sebenarnya iba. Gak suka aja, ganggu," ujarnya.
Alya (22), salah satu mahasiswa universitas negeri di Kota Bandung yang fobia badut mengaku, pengamen karakter yang kian marak itu membuatnya khawatir ketika hendak keluar rumah.
"Menurut aku itu badut sih, dan mereka itu ganggu banget. Aku khawatir kalau misalnya aku lagi di lampu merah tiba-tiba mereka random mukul aku, dan itu ada kejadian, kan beberapa waktu lalu di Bandung juga," ujarnya.
Alya juga bercerita, ada salah satu temannya yang diperlakukan tidak baik oleh pengamen karakter.
"Tahun lalu, aku pulang ke Jakarta. Aku main sama temen aku, di jalan lagi nunggu grab tiba-tiba ada pengamen terus dianya nyamperin, kirain mau ngamen gitu ternyata temen aku dicolek pantatnya," ucapnya.
Hal tersebut semakin menambah panjang rasa takutnya terhadap badut, kemudian Alya berharap, supaya pemerintah bisa bertindak tegas.
"Aku gak suka ada mereka, ya mereka itu bagi aku badut meskipun dengan embel-embel cosplay atau pengamen karakter, pemerintah mungkin lebih bertanggung jawab harus kasih mereka pekerjaan," katanya.
Pandemi
Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, Tono Rusdiantono, tidak menampik, semakin maraknya pengamen boneka akibat dari pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai.
"Karena keadaan sedang sulit, mungkin dia kesulitan dari segi finansial, pasti bukan dia saja. Kemungkinan dia sudah tidak punya lahan, tidak ada pekerjaan," ucapnya.
Meski demikian, Tono menjelaskan bahwa hal tersebut sangat menggangu Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) dan itu tidak dibenarkan oleh peraturan Perda K3 yang sudah ada di Pemkot Bandung.
"Kalau Dinsos, di tengah pandemi itu bukan menjangkau tapi kita lebih ke menghalau. Jadi jangan ada mereka yang bergerak di tempat-tempat yang menganggu K3. Karena kalau dijangkau itu kan harus PCR harus swab, karena kalau dibawa ke rumah singgah takut menular kepada yang lainnya, apalagi di rumah singgah itu banyak lansia, disabilitas," ujarnya.
Tono meminta kepada seluruh masyarakat untuk bijak menghadapi hal tersebut, karena mereka juga harus dilindungi.
"Tidak jarang kalau saya lagi di jalan, saya bagi sembako ke mereka (PKMS), karena lagi kaya gini, mereka gak pura-pura miskin itu harus ditolerir dan pemerintah harus membantu, tentu saya juga kasihan," katanya. (kemal setia permana/shania septiana)
Berita pengamen boneka dan liputan khusus Tribun Jabar bisa dilihat di sini.
VIDEO PILIHAN TRIBUNJABAR.ID
Nangtang Covid ku Bikini | KONGGRESS