Gempa Bumi

Bisa Ukur Tingkat Guncangan Akibat Gempa, Bandara di Indonesia Ini Sudah Dilengkapi Intensitymeter?

Intensitymeter merupakan alat yang dapat mengukur tingkat guncangan akibat gempa

Penulis: Siti Fatimah | Editor: Siti Fatimah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang S. Prayitno menyampaikan untuk Penguatan Sistem Informasi dan Peringatan Dini Tsunami di Kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dan sekitarnya, telah ditambahkan pula beberapa peralatan yang terdiri dari Intensitymeter untuk mengukur tingkat guncangan di Terminal Bandara akibat gempa bumi,.

"Accelerometer untuk mengukur Percepatan Tanah di Area Bandara, dan Warning Receiver System New Generation (WRS - NG) guna menyebarluaskan informasi Gempabumi dan Tsunami dari BMKG Pusat ke Lingkungan DIY, Kabupaten Kulon Progo, dan Lingkungan Bandara dalam waktu 2 sampai 4 menit setelah kejadian gempa bumi," Kata Bambang dalam siaran pers BMKG yang dikuyip Tribun.

Selain itu juga sedang disiapkan Radar Tsunami yang merupakan hibah dari Jepang dan Sistem Pendeteksi Dini Tsunami yang merupakan bantuan dari Cina.

Baca juga: Penjelasan BMKG, Ini Kriteria Gempa Bumi yang Menyebabkan Tsunami

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Geofisika (SLG) di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai upaya mewujudkan masyarakat siaga bencana, salah satunya terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami.

Kegiatan tersebut penting dilaksanakan mengingat kondisi wilayah DI Yogyakarta berada di selatan Jawa yang rawan tsunami karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dan Zona Megathrust.

"Kita berkumpul disini untuk menyiapkan diri dan berlatih agar bisa menyelamatkan diri, keluarga dan masyarakat sehingga diharapkan tidak ada korban jiwa jika sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka kegiatan Sekolah Lapang Geofisika di Balai Desa Glagah Kabupaten Kulon Progo DI Yogyakarta, Selasa (16/3/2021).

"Gempabumi tidak bisa dicegah karena ini salah satu bencana alam yang menjadi bagian dari kehidupan kita, namun yang dapat dicegah adalah jatuhnya korban jiwa ataupun kerugian sosial ekonomi. Hal inilah yang menjadi goal Sekolah Lapang Geofisika (SLG), khususnya untuk mitigasi Gempa bumi dan Tsunami," lanjut Dwikorita.

Baca juga: Indonesia Punya Aturan Standar Bangunan Tahan Gempa, Jepang Terapkan Gedung Antigempa Sejak 1981

Maka SLG tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempabumi dan tsunami yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi.

Selain membangun sikap dan budaya tangguh terhadap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat dan sekolah yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami, SLG juga bertujuan untuk menguatkan koordinasi antara Stasiun Geofisika BMKG di daerah sebagai perpanjangan tangan BMKG Pusat dengan berbagai pihak terkait di daerah, serta menguatkan peran BPBD sebagai simpul utama rantai komunikasi di daerah dalam memberikan informasi dan arahan yang benar kepada masyarakat dan SKPD terkait peringatan dini tsunami.

"Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh komponen masyarakat paham dan mampu melakukan penyelamatan diri terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, sehingga minim risiko korban jiwa maupun korban materiil," ujar Dwikorita.

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, latihan evakuasi mandiri juga perlu rutin dan lebih sering dilakukan agar masyarakat lebih cekatan dan sigap dalam menyelamatkan diri, dan pemerintah menyiapkan sarana dan prasarananya.

Baca juga: Mengapa Belum Ada Teknologi yang Dapat Menentukan Kapan Gempa Datang? Begini Kata Ahli

Maka perlu kerja sama antara masyarakat dan pemerintah, dimana masyarakat perlu menyiapkan peta jalur evakuasi tingkat desa, rencana kontijensi dan penguatan tim siaga bencana di desa setempat yang rawan tsunami.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, konsekuensi berada di wilayah rawan bencana adalah harus lebih waspada dengan menyiapkan pengurangan risiko bencana.

"Gempa juga dapat berdampak pada bencana ikutan lainnya seperti tsunami, tanah longsor, kebakaran dan kecelakaan industri," ujar Lilik.

Lilik menjelaskan, sebelum bencana terjadi ada upaya-upaya yang bisa dilakukan yaitu kesiapsiagaan dan mitigasi dengan memahami risiko sekitar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved