Angkat Suara Soal Impor Garam, Petambak di Indramayu Makin Menjerit, Harga Anjlok dan Stok Menumpuk

Samiun mengaku, harga garam di tingkat petambak di Kabupaten Indramayu tidak stabil, bahkan lebih sering anjlok.

Tribun Cirebon/ Handhika Rahman
Seorang petambak garam, Prima (29) saat menggarap lahan pertanian garam di Desa/Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Minggu (24/11/2019). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Kebijakan pemerintah yang baru saja memutuskan akan membuka keran impor garam pada tahun ini membuat para petambak di daerah semakin menjerit.

Di Kabupaten Indramayu contohnya, belum selesai persoalan stok garam yang menumpuk dan harga yang terus anjlok.

Kini para  mengaku dibuat semakin menjerit dengan adanya kebijakan impor garam ini.

Salah seorang petambak garam, Samiun (45) menilai, kebijakan impor garam ini sama sekali tidak berpihak kepada petambak lokal.

"Kami menyayangkan adanya impor garam," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di areal tambak garam di Desa Luwunggesik, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Kamis (18/3/2021).

Samiun mengaku, harga garam di tingkat petambak di Kabupaten Indramayu tidak stabil, bahkan lebih sering anjlok.

Sekarang ini harga garam berada di kisaran Rp 500 per kilogram.

Baca juga: Menyambut Ramadan, Pemkab Majalengka Jaga Kestabilan Harga Kebutuhan Bahan Pokok

Sebelumnya, pada Januari-Februari 2021 bahkan harga garam anjlok drastis dan hanya dihargai Rp 250 per kilogram dari harga pada Desember 2020 yang masih berada dikisaran Rp 450 per kilogram.

Hal inilah yang membuat gudang-gudang garam milik petambak di Kabupaten Indramayu menumpuk.

Mereka enggan menjual garam jika harga tidak sebanding dengan biaya produksi.

Petambak garam ingin harga yang mereka terima bisa berada dikisaran Rp 700-800 per kilogram.

"Saya di gudang ada 5 ton garam, belum mau dijual harganya gak sesuai dengan biaya produksi," ujar dia.

Samiun menyarankan, ketimbang membuka keran impor garam, sebaiknya pemerintah memaksimalkan potensi petambak lokal dengan melakukan pembinaan.

Baca juga: Jadi Daerah Rawan Gempa Bumi dan Tsunami, BPBD Kulon Progo Siapkan 49 Destana

Sehingga hasil produksi yang dibutuhkan untuk kebutuhan nasional bisa terpenuhi sekaligus kualitas garam di kalangan petambak lokal bisa meningkat.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved