Gempa Bumi
Hari Ini dalam Sejarah, Gempa dan Tsunami Mengguncang Jepang 11 Maret 2011, Sebabkan Bencana Nuklir
Setidaknya lebih dari 18.000 orang meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami tersebut, juga meyebabkan bencana nuklir terburuk kedua dalam sejarah
Air yang terkontaminasi disaring untuk menghilangkan sebagian besar bahan radioaktif dan saat ini disimpan dalam ratusan tangki biru, abu-abu, dan krem di lokasi.
Pada musim panas 2022, tidak akan ada lagi tangki penyimpanan yang tersedia dan pemerintah diharapkan menyetujui rencana kontroversial untuk secara bertahap melepaskan air yang diolah ke laut.
Kompas.com, 4 Maret 2021, memberitakan, seluruh reaktor nuklir di Jepang dihentikan setelah bencana PLTN Fukushima dan peraturan keselamatan nuklir diperketat secara signifikan.
Sejauh ini, hanya ada sembilan reaktor yang masih beroperasi, dibandingkan dengan 54 reaktor yang beroperasi sebelum Maret 2011.
Nuklir menyumbang hanya 6,2 persen dari pembangkit listrik di Jepang pada tahun fiskal 2019.
Baca juga: Klaster Perkantoran Masih Muncul di Indramayu, Terbaru Klaster Kejaksaan Negeri
Meski begitu, pemerintah Jepang berkeinginan agar nuklir berkontribusi sebesar 20-22 persen dari total pembangkit listrik pada 2030 demi mencapai target netralitas karbon.
Perbaikan
Melansir BBC Indonesia, sepuluh tahun kemudian, beberapa kota di timur laut Jepang tetap masuk zona terlarang.
Pihak berwenang terus bekerja membersihkan area tersebut agar penduduk dapat kembali. Masih banyak tantangan besar yang dihadapi atas bencana nuklir yang terjadi ini.
Masih banyak tantangan besar yang dihadapi atas bencana nuklir yang terjadi ini.
Puluhan ribu pekerja akan dibutuhkan dalam 30-40 tahun ke depan untuk mengeluarkan sampah nuklir, batang bahan bakar, dan lebih dari satu juta air radioaktif dari lokasi.
Namun, beberapa warga telah memutuskan tak akan kembali lagi karena ketakutan akan radiasi, dan telah membangun kehidupan di tempat lain.
Pada 2020, sejumlah media melaporkan bahwa pemerintah dapat mulai melepaskan air yang telah disaring untuk mengurangi radioaktivitasnya ke Samudera Pasifik paling cepat tahun depan.
Sejumlah ilmuwan percaya, samudera besar ini akan mengencerkan air tersebut dengan bahaya yang kecil bagi kesehatan manusia dan hewan.
Baca juga: Klaster Perkantoran Masih Muncul di Indramayu, Terbaru Klaster Kejaksaan Negeri
Organisasi lingkungan Greenpeace menjelaskan, air mengandung bahan-bahan yang berpotensi merusak DNA manusia.
Pemerintah Jepang belum mengambil keputusan mengenai apa yang dilakukan terhadap cairan ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "11 Maret 2011, Gempa M 9,1 dan Tsunami di Jepang, Sebabkan Bencana Nuklir"