Soal Gedung Kebudayaan di Subang Mirip Kandang Merpati, Kadisparbud Jabar: dari Mana Rp 33 Miliar?
Dedi mengatakan akan mendalami kembali angka penganggaran Rp 33 miliar yang disangkakan untuk pembangunan gedung tersebut.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - KEPALA Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Dedi Taufik, mengatakan pembangunan gedung kebudayaan di Subang tidak sampai Rp 33 miliar seperti yang disangkakan.
Pemerintah, kata Dedi, juga tak pernah dengan sengaja membuat bangunan itu terbengkalai.
"Kalau mangkrak, bukan berarti sengaja. Tahun kemarin kan ada refocussing anggaran untuk penanganan Covid-19. Itu kan sempat dibahas juga refocussing itu bersama DPRD Jabar," kata Dedi kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, Selasa (26/1) malam.
Dedi mengatakan akan mendalami kembali angka penganggaran Rp 33 miliar yang disangkakan untuk pembangunan gedung tersebut.
Sepengetahuannya, anggaran pembangunan gedung tersebut dari APBD Provinsi Jawa Barat tidak sebesar yang disebutkan.
"Itu anggaran dari mana Rp 33 miliar? Apakah itu sumbernya ada bantuan dari pemerintah kabupatennya? Ini harus dikroscek lagi. Besok saya lihat datanya, nanti saya bikinkan data. Punya uang dari mana Disparbud anggaran segitu," katanya.
Dedi mengatakan pihaknya pun akan menghubungi Pemerintah Kabupaten Subang dan kembali berdialog bersama para budayawan.
• Setelah Disetrum Warga, Buaya Besar Itu Akhirnya Lepaskan Jasad Sugiarti yang Ada di Mulutnya
• Ini Dia Deden, Anak yang Gugat Orangtuanya Rp 3 Miliar, Siap Sujud di Kaki Kakek Koswara?
Jangan sampai, katanya, permasalah pribadi antarbudayawan dibawa-bawa ke dalam pembahasan pembangunan tersebut.
Rencana pembangunan sejumlah gedung kebudayaan di Jabar sempat dikemukakan Disparbud Jabar pada 2019 lalu.
Berdasarkan berita yang ditulis Tribun pada Maret 2019, pembangunan ini dimaksudkan sebagai pusat pelestarian dan pemajuan kebudayaan.
Selain itu, gedung kebudayaan juga dimaksudkan untuk menjadi pusat interaksi publik.
Pada tahap awal, gedung kebudayaan dibangun di Rancakalong di Kabupaten Sumedang, Ranggawulung di Kabupaten Subang, Karangkamulyan di Kabupaten Ciamis, Kampung Pulo di Kabupaten Garut, dan kawasan Sabilulungan di Kabupaten Bandung.
Dalam perencanaannya pada 2019, pembangunan akan dilakukan di lima sampai tujuh kabupaten kota lainnya.
Anggarannya sekitar Rp 7 miliar per satu lokasi kawasan pusat kebudayaan.
Namun kemudian pada 2020, anggarannya dialihkan untuk penanganan Covid-19.
Pembangunan pusat budaya ini adalah sebagai ruang informasi, baik informasi pariwisata maupun juga informasi kebudayaan.
Jadi pada saat ada wisatawan berkunjung ke tempat pusat budaya itu diharapkan wisatawan itu langsung bisa mendapatkan informasi gambaran awal tentang bagaimana kebudayaan yang ada di daerah itu.
Pembangunan pusat budaya ini pun melibatkan seniman dan budayawan, tokoh-tokoh di kabupaten dan kota.
Jadi dari mulai konsep pembangunan, yang menentukan adalah seniman budayawan dan masyarakat yang ada di daerah sendiri.
Seperti Kandang Merpati
Gedung Kebudayaan yang terletak di kawasan Hutan Kota Ranggawulung Subang, dibangunan dengan bentuk yang tidak layak dan representatif.
Bahkan gedung yang kala disebut pusat kebudayaan tersebut dibangun tanpa adanya panggung.
Keanehan arsitektur bangunan tersebut bahkan menarik para seniman dan budayawan Jawa Barat untuk ikut berkomentar mengenai bangunan tersebut.
• UPDATE Anak Gugat Orangtua, Setelah Beredar Video Perkataan Kasar, Kuasa Hukum Deden Minta Damai
• Siapa Michaela Paruntu, Perempuan yang Adang & Terseret Mobil Diduga Milik Wakil Ketua DPRD Sulut
• Ini Dia Deden, Anak yang Gugat Orangtuanya Rp 3 Miliar, Siap Sujud di Kaki Kakek Koswara?
Salah satunya Seorang budayawan ternama asal Ciamis, Godi Suwarna.
Ia menyebut bangunan gedung kebudayaan Subang yang hingga kini belum tuntas tersebut dijuluki seperti sarang burung merpati.
Dikutif dari flatroom media sosial pribadinya, Godi menjelaskan penilaiannya dari segi budaya terhadap gedung tersebut, "Entah budaya apa yang digarap dan dipertunjukkan di Subang, kok gedungnya dibangun pake bambu," kata Godi dikutif dalam status media sosialnya.
Lebih lanjut Godi mendeskripsikan tentang gedung Kebudayaan tersebut, nampak deretan bangunan seperti saung ranggon (bangunan seperti panggung), "Kalau dilihat-lihat seperti kompleks kandang merpati, entah kuat berapa lama gedung kandang burung merpati itu, karena hanya terbuat dari bambu," ungkap Godi.
Sebelumnya diketahui, anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Ali Rasyid saat meninjau lokasi tersebut pada Selasa (26/1/2021) menduga banyak kesalahan dalam pembangunan gedung tersebut.
Ketika diwawancara Tribun disela meninjau pembangunan gedung tersebut Ali mengatakan, tidak sepatutnya angka Rp. 6 Miliar hanya menghasilkan gedung seperti itu.
Menurut pantauan Tribun struktur kontruksi gedung tersebut 80 persen nya berbahan bambu, bahkan beberapa bagian kontruksi dari bangunan tersebut terlihat sudah lapuk, dengan kondisi yang tak terawat gedung tersebut kerap kali hanya jadi tempat mesum.
Lebih lanjut mengutip statmen media sosial Godi, bahkan dirinya memberi usulan nama untuk gedung kebudayaan tersebut, "lebih cocok dikatakan 'Subang Magical Artist Farm' jika diartikan adalah, Peternakan Seniman Sulap Subang," ujarnya.
Sebab Godi menduga akan ada jenis kebudayaan baru yang dikembangkan oleh Pemprov Jabar dan Pemkab Subang, "Mengawinsilangkan antar seniman, seniman karawitan dengan seniman senirupa dan sebagainya," paparnya lagi.
Ungkapan tersebut dikatakan Godi sebagai bentuk kekecewaan terhadap bangunan yang dibangun oleh uang APBD diatas tanah negara tersebut, pasalnya hasil pekerjaan gedung tersebut dinilai sangat mengecewakan banyak pihak, terutama para budayawan dan seniman.
Diketahui sebelumnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga membangun gedung-gedung kebudayaan di kota lain
Seperti Kota Bandung, Garut, Sumedang dan Ciamis.(syarif abdussalam/irvan maulana)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/gedung-kebudayaan-subang.jpg)