Pemikul Mogok, Jenazah Covid-19 Telantar di TPU Cikadut, Keluarga Terpaksa Angkut Tanpa Pakai APD
Hingga Rabu (27/1/2021) pukul 12.00, sudah ada tiga peti jenazah pasien Covid 19 yang terlantar untuk dimakamkan
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Hingga Rabu (27/1/2021) pukul 12.00, sudah ada tiga peti jenazah pasien Covid 19 yang terlantar untuk dimakamkan, karena tidak ada pihak yang bertanggung jawab mengangkut peti dari ambulans ke liang lahat di TPU Cikadut, Kota Bandung.
Jenazah pertama datang sekitar pukul 09.00 di TPU Covid-19 Cikadut untuk non muslim
Kedua sekitar pukul 10.00 di TPU Covid-19 untuk muslim dan ketiga sekitar pukul 12.20.
Jenazah pertama, tidak ada yang mengangkut dari ambulans hingga ke liang lahat. Mereka menunggu sekitar dua jam.
"Tadi ada keluarga yang marah-marah, katanya dua jam jenazah tidak ada yang angkut ke liang lahat. Minta bantuan petugas gali, tidak ada yang mau. Akhirnya peti diangkut keluarga," kata Hendar (44) di pemakaman Covid-19 non muslim. Saat itu, dia sedang menembok makam.
Jenazah kedua, menunggu hingga satu jam untuk diangkut ke liang lahat dan akhirnya peti diangkut keluarga tanpa memakai baju hazmat atau alat pelindung diri (APD) untuk mengantisipasi penularan virus corona.
Jenazah ketiga harus menunggu hingga 20 menit dan akhirnya diangkut keluarga yang membeli dulu baju hazmat.
Dede (60), asal Rajawali Kota Bandung, keluarga jenazah ketiga mengaku kebingungan saat peti jenazah tiba hingga harus menunggu 20 menit.
"Waktu tadi ambulans kenapa lama karena enggak ada yang mengangkut. Kedua, saya konfirmasi katanya memang tidak ada dari pemerintah yang mengangkut jenazah, disini juga tidak ada katanya lagi mogok. Saya tanya rumah sakit, tidak ada juga," ucap Dede, ditemui usai pemakaman.
Ia mengatakan, kondisi itu membuat dia kebingungan memakamkan adiknya yang meninggal setelah berdasarkan swab tes, karena Covid-19. Saat menunggu itu, ia akhirnya menghubungi keluarga untuk datang, membeli baju hazmat dan mengangkut peti jenazah.
"Jadi akhirnya mau tidak mau keluarga harus turun tangan. Keluarga sudah ada, tapi saya bingung, masalahnya saya enggak punya APD, keduanya kami juga kan enggak bisa (angkut), jadi harus gimana. Jelas kami kebingungan," ucapnya.
Peti jenazah memiliki bobot sekitar 100 kg. Belum bobot jenazahnya. Total sekitar 200 kg harus diangkut. Peti jenazah adik Dede, akhirnya diangkut enam orang. Tiga orang dari petugas rumah sakit dan tiga orang dari keluarga.
Pantauan Tribun, suasana tegang meliputi proses pengangkutan dari titik parkir ambulans hingga liang lahat sekitar 400 meter. Sambil mengangkut, mereka sempat berhenti sejenak. Karena keluarga tidak terbiasa, Dede mengaku tegang.
"Jelas tegang melihatnya. Soalnya kan enggak biasa,. Dari rumah sakit tidak menyiapkan. Kondisi ini jelas sangat membingungkan," ucapnya.
Ia berharap Pemkot Bandung segera menuntaskan masalah pengangkutan peti jenazah Covid-19.