Biaya Rapid Test Antigen Lebih Mahal? Epidemiolog; Pemerintah Sebaiknya Menetapkan Harga untuk Tarif

Pada Rabu (16/12/2020), pemerintah mengeluarkan syarat baru melakukan perjalanan yaitu membawa hasil rapid test antigen.

Editor: Siti Fatimah
Istimewa
ilustrasi rapid test- Pada Rabu (16/12/2020), pemerintah mengeluarkan syarat baru melakukan perjalanan yaitu membawa hasil rapid test antigen. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rapid Test Antigen kini sedang ramai dibicarakan karena tes ini menjadi syarat bagi warga yang keluar masuk ke daerah tertentu serta menjadi syarat bagi masyarakat yang ingin menggunakan transportasi umum seperti pesawat.

Bagi sebagian masyarakat untuk menjalani rapid test antigen yang dipertimbangkan adalah soal biaya karena untuk satu kali rapid harganya lebih mahal dari rapid test antibodi.

Karena itu, disebut-sebut cukup banyak warga yang terpaksa membatalkan bepergiannya ke suatu daerah karena terganjal soal rapid test antigen ini.

Baca juga: Daerah Ini Berlakukan Sanksi, Tak Boleh Kumpul Lebih Dari 5 Orang Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Dikutip dari Kompas.Com, Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bayu Satria Wiratama mengatakan, pemerintah sebaiknya menetapkan harga untuk tarif rapid test antigen.

Pada Rabu (16/12/2020), pemerintah mengeluarkan syarat baru melakukan perjalanan yaitu membawa hasil rapid test antigen.

Aturan ini berlaku mulai 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021.

Seperti diketahui, saat ini harga rapid test antigen di Indonesia bervariasi.

Baca juga: Info Terbaru, Soal Rapid Test Antigen Penumpang Kereta Jarak Jauh, Ini Kata Humasda Daop 2 Bandung

Dari penelusuan Kompas.com di sejumlah situs dan pusat informasi berbagai rumah sakit, kisaran harga rapid test antigen antara Rp 300.000 hingga ada yang lebih dari Rp 600.000 (termasuk konsultasi dan vitamin).

Menurut Bayu, penentuan harga ini perlu dilakukan pemerintah,

"Penetapan harga tetap diperlukan agar tidak terjadi permainan harga oleh beberapa pihak," ujar Bayu, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Sebelum keluarnya aturan baru ini, syarat perjalanan adalah membawa hasil rapid test antibodi.

Saat pemberlakuan aturan ini, pemerintah juga menetapkan harga rapid test antibodi maksimal Rp 150.000.

Baca juga: 4 Hal tentang Rapid Test Antigen yang Kini Jadi Syarat Melakukan Perjalanan di Indonesia

Rapid test antigen lebih baik dibandingkan rapid test antibodi

Bayu mengatakan, rapid test antigen memang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi.

"Rapid antigen memang lebih baik daripada rapid antibodi untuk melakukan screening orang-orang yang berisiko memiliki Covid-19," kata Bayu.

Ia menyebutkan, rapid test antigen mampu melakukan deteksi terhadap virus.

"Bukan antibodi yang dihasilkan sehingga bisa mendeteksi lebih awal daripada tes antibodi yang di mana baru muncul beberapa hari sampai minggu setelah infeksi," ujar dia.

Baca juga: Masuk Bandung WAJIB RAPID TEST ANTIGEN, Rencana Mulai 18 Desember sampai 8 Januari 2021

Untuk deteksi awal Covid-19, tes antigen dinilai lebih baik dibandingkan tes antibodi.

Rapid test antigen akan mendeteksi keberadaan virus sehingga bisa lebih bagus dan cepat dalam mendeteksi seseorang terkena Covid-19 atau tidak. Sementara, rapid test antibodi secara umum mendeteksi saat pasien menjelang sembuh.

"Antibodi biasanya baru terdeteksi ketika pasien Covid-19 menjelang sembuh atau sudah tidak sakit lagi," kata dia.

Isolasi mandiri

Bayu juga berpesan, jika hasil rapid test antigen positif, maka yang bersangkutan disarankan langsung melakukan isolasi mandiri, dengan tetap menghubungi dinas kesehatan (Dinkes) setempat.

"Jadi kalau periksa mandiri terus positif, isolasi mandiri sambil kontak puskesmas atau Dinkes di daerah tempat tinggal," ujar dia.

Untuk orang tanpa gejala (OTG), lanjut Bayum dapat melakukan isolasi mandiri dengan memastikan menjaga diri dari orang di rumah atau ke tempat lain.

Baca juga: Ternyata Begini Bedanya Rapid Test Antigen dengan Rapid Test Antibodi dan PCR

"Gejala ringan bisa juga (isolasi mandiri). Tapi, tetap wajib mengabari otoritas kesehatan setempat," kata dia.

Seperti diberitakan Kompas.com, 4 September 2020, rapid test antigen memerlukan spesimen swab orofaring atau swab nasofaring.

Sementara, rapid test antibodi menggunakan sampel darah. Rapid test antigen sering pula disebut swab antigen yang dinilai lebih akurat dibandingkan tes antibodi karena dapat mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan.

Pemeriksaannya dapat dilakukan di tempat yang mempunyai fasilitas biosafety cabinet.

Rapid test antigen dapat digunakan untuk mendeteksi kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) pada wilayah yang tak mempunyai fasilitas pemeriksaan Reverse Transcriptase-Polumerase Chain Reaction (RT-PCR).

Namun, tes ini hanya sebagai screening awal yang harus tetap dikonfirmasi dengan tes RT-PCR. Rapid test antigen dikatakan dapat mendeteksi protein virus corona saat virus di tubuh seseorang berada di tingkat paling menular.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah Sebaiknya Tetapkan Harga untuk Rapid Test Antigen"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved