Ingin Sukses Budidaya Ulat Jerman? Berikut Tipsnya
Salah satu kendala yang dihadapinya, yakni kurangnya pasokan pakan berupa ampas tahu dan dedak
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNCIREBON, MAJALENGKA- Wastika (31), warga Desa Sumber Wetan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka mengalami sejumlah kendala dalam membudidayakan Ulat Jerman yang ditekuninya selama dua setengah tahun.
Ia mengaku, salah satu kendala yang dihadapinya, yakni kurangnya pasokan pakan berupa ampas tahu dan dedak demi memperlancar berkembangnya budidaya tersebut.
"Terkendalanya mah pakan, selama ini pakan menggunakan ampas tahu dan dedak. Tapi semenjak pandemi Covid-19, berkurang," ujar Wastika, Senin (14/12/2020).
Baca juga: VIDEO-TV Meledak, Rumah di Lohbener Indramayu Ludes Dilalap Api
Kendati demikian, penghasilan setiap panen Ulat Jerman, akui dia, masih meraup keuntungan.
Setiap panen selama sepuluh hari sekali, dirinya bisa mendapatkan keuntungan Rp 1,5 juta.
"Modal paling ratusan ribu, untuk pakan saja. Yang lainnya modal awal. Alhamdulilah masih untung," ucapnya.
Dirinya menjelaskan, untuk warga yang ingin mengikuti jejaknya, tidak perlu memiliki keahlian khusus.
Cukup dibekali dengan keseriusan dan ketekunan untuk belajar.
Baca juga: Puluhan Kambing Mati Misterius, Polisi Libatkan Dokter Hewan, Ada Dugaan Akibat Gigitan Ajag
Sebab, jika hal tersebut sudah dipegang, budidaya tersebut dinilai mudah dan menguntungkan.
"Ya jika ingin belajar silakan datang ke sini, saya siap bantu belajari dan silakan nanti usaha sendiri di rumah," jelas dia.
Dalam budidaya Ulat Jerman ini cukup mudah, cukup bibit Ulat Jerman yang berusia tua sekitar dua hingga tiga bulan disimpan di wadah kayu persegi panjang.
Kemudian, masuk ke dalam proses buping atau memisahkan bibit Ulat Jerman ke wadah.
Satu wadah satu ulat dan didiamkan dan tidak udah dikasih makan selama lima belas hari.
Baca juga: Gedung DPRD Di Daerah Ini Terpaksa Lockdwn, Anggota Dewan dan Pegawainya Ada yang Positif Covid-19
"Kemudian setelah lima belas hari Ulat Jerman itu akan berubah menjadi kumbang. Setelah menjadi kumbang didiamkan lagi di wadah selama lima belas hari hingga bertelor atau menetas ulat.
Terus setelah bertelor dipisahkan antara telor dan kumbang. Setelah dipisahkan tunggu telor berubah menjadi ulat dan dikasih makan ampas tahu dan dedak," jelas dia.
Lebih jauh Wastika menyampaikan, lakukan pakan selama lima puluh hari lamanya.
Setelah itu, di panen dan dijual ke bakul atau pengepul yang mengambil Ulat Jerman tersebut setiap sepuluh hari sekali.