Smartphone yang Tepat yang Sesuai dengan Kebutuhan Jurnalis

Jika berbicara tugas seorang jurnalis, selain menulis berita dan memotret, ada tugas tambahan lainnya yang harus dipenuhi yaitu perekaman video.

Penulis: Oktora Veriawan | Editor: Oktora Veriawan
dok tribun jabar
Tapping video program Bincang Pilkada dengan salah satu calon bupati Sukabumi, Jumat (6/11/2020). 

Untuk Samsung Galaxy A51, dibekali  panel Super AMOLED yang menyajikan kualitas gambar lebih bersih, jernih dan juga tajam. Smartphone Samsung Galaxy A51 ini memiliki layar seluas 6.5 inci dan memiliki resolusi yang mencapai 1080 x 2340 pixels. Dari segi kamera bisa dikatakan smartphone ini memiliki keunggulan tersendiri yang ditawarkan. Untuk kamera utama yang ditawarkan oleh smartphone Samsung ini dibekali dengan 48 MP.

Begitu juga dengan seri Samsung Galaxy A71. Spesifikasi Samsung A71 yang menjadi unggulan antara lain adalah RAM 8GB, panel layar Super AMOLED Plus, chipset Snapdragon 730, hingga kamera utama beresolusi 64MP yang mampu merekam video berkualitas 4K.

“Smartphone dua seri Samsung tersebut sangat kompatibel untuk dipakai para content creator. Selain harganya terjangkau, kualitas video dan gambarnya pun sangat luar biasa,” kata dia.

Sementara itu, pembicara lainnya Glen Prasetya yang merupakan soerang Youtuber dan content creator, menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan untuk seorang content creator atau jurnalis saat melakukan tapping video.

Pertama yang harus diperhatikan, kata dia, adalah visual. Di mana kamera/ponsel yang digunakan untuk tapping video haruslah compact, ideal, dan tepat. Kamera/ponsel sebagai media untuk merekam harus memiliki size yang tidak besar dan mudah dioperasikan, ringan serta mudah dibawa ke mana-mana.

Hal kedua yang harus diperhatikan saat tapping video adalah audio. Perangkat kamera/ponsel yang digunakan sebaiknya memiliki kemampuan merekam suara yang baik, jernih, dan jelas, sehingga pesan dan narasi yang ingin disampaikan di dalam video tersebut bisa terdengar jelas di telinga penonton. Sebaiknya merekam video di ambience yang sunyi, atau menggunakan aksesoris microphone sederhana tapi tajam dalam menangkap suara/audio.

Ketiga, kreativitas. Di mana seorang content creator atau jurnalis harus memiliki kreativitas yang dituangkan dalam sebuah story line. Tujuh detik pertama dalam tayangan video yang diunggah akan menentukan seorang audiens apakah akan melanjutkan menonton atau tidak. Maka dari itu, tujuh detik awal adalah waktu yang sangat penting untuk menentukan cuplikan video mana yang akan kita tampilkan.

Editing yang baik akan menyempurnakan video. Tentukan color gradasi sederhana, transisi, penempatan text untuk membantu informasi, dan penggunaan musik dan sound effect yang tepat juga.

"Meskipun vlogging di lokasi pun tetap perlu adanya opening, content, dan closing. Tipsnya 7 detik pertama adalah bagian yang menentukan viewers akan stay dan melanjutkan video tersebut atau tidak. Masukan cuplikan seru dari konten videomu," kata dia.

Pembicara lainnya Gabriel Thay selaku Busines Solutions Consultant Sosialbakers mengatakan, selama pandemi terjadi tren kenaikan orang-orang untuk mengonsumsi video konten. Hal tersebut telah terlihat sejak April 2020 lalu.

"Meskipun audiens sosial media facebook lebih banyak. Tetapi sosial media instagram memiliki interaksi yang lebih besar dibandingkan facebook. Sementara, untuk sektor ecommers lebih efektif melibatkan interaksi di facebook," jelasnya.

Berdasarkan observasi Sosialbakers, bahwa jika ingin membuat video konten di facebook atau platform sosial media lain disarankan agar video konten tidak berdurasi lebih dari 5 menit. Jika video konten lebih dari 5 menit, disarankan untuk menggunakan channel youtube.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved