Dedi Mulyadi : Moge Tidak Cocok di Indonesia, Mengapa Begitu? Begini Penjelasan Lengkapnya

Anggota DPR RI yang juga dikenal sebagai seorang budayawan Dedi Mulyadi menilai, motor gede alias moge tidak cocok di Indonesia.

Penulis: Ichsan | Editor: Ichsan
istimewa
Dedi Mulyadi diwawancarai wartawan 

TRIBUNJABAR.ID - Anggota DPR RI yang juga dikenal sebagai seorang budayawan Dedi Mulyadi menilai, motor gede alias moge tidak cocok di Indonesia.

Hal ini karena kondisi jalan yang ada di Indonesia tidak mendukung bagi lalu lalang moge, apalagi dilakukan secara berombongan.

"Di Indonesia ini kebanyakan jalannya sempit dan padat. Jadi moge tidak cocok di Indonesia. Kalau di Amerika cocok karena jalannya lebar-lebar dan relatif sepi," kata Dedi Mulyadi melalui ponselnya, Senin (2/11/2020).

Dedi Mulyadi mengatakan, di Indonesia ada lima kualifikasi jenis jalan yakni, jalan nasional, provinsi, kabupaten, desa, dan jalan tol.

Jalan nasional lebarnya minimal 11 meter,  jalan provinsi 9 meter, jalan kabupaten 7,5 meter, jalan desa 3,5 meter, dan jalan tol lebarnya minimal 23 meter.

Selain padat oleh kendaraan yang lalu lalang, kepadatan jalan di Indonesia juga ditambah oleh kehadiran pedagang kaki lima (PKL) dan di beberapa titik areal pabrik bahkan menghadirkan kemacetan arus lalu lintas.

Sementara, lanjut Dedi, moge yang berbadan lebar dan didesain harus melaju secara kencang berhadapan dengan jalan yang sempit dan padat itu. Disinilah terjadi persoalan.

"Jalannya sempit tapi moge kan tak bisa jalan pelan-pelan, maka rombongan moge ini harus ngebut sehingga meminggirkan pengguna jalan yang lain. Di sinilah persoalannya.

Apalagi suaranya keras memekakkan telinga, jadi secara kultural moge tidak cocok di Indonesia. Banyak pengguna jalan lain yang terluka hatinya karena harus minggir," kata Dedi.

Menurut Dedi Mulyadi, solusi untuk moge ini sebaiknya diberi tempat di jalan tol sehingga tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.

"Yang cocok itu di jalan tol tapi kan sampai sekarang tidak diperbolehkan," kata Dedi.

Baca juga: TADI MALAM Dua Gempa Mengguncang Jabar dalam Waktu Berdekatan, Ini Penjelasannya

ilustrasi kondisi jalan di Indonesia
ilustrasi kondisi jalan di Indonesia (Tribun Jabar/ Ferri Amiril Mukminin)

Soal Moge, Dedi Mulyadi : Anda Itu Siapa? Orang Lain Harus ke Pinggir Jalan, Touring Saja Nyusahin

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah membuat aturan memadai secara teknis tentang penggunaan jalan raya oleh motor gede (moge).

Pernyataan itu terkait dengan kasus pemukulan dua anggota TNI oleh oknum anggota klub motor gede asal Bandung di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Dedi mengatakan, pemerintah harus membuat aturan tegas tentang kendaraan apa saja yang layak dikawal oleh aparat kepolisian.

Sebab, dalam aturan, kendaraan yang dikawal polisi adalah untuk kepentingan mendesak dan lebih urgen.

"Ketika orang yang dipinggirkan di jalan, pertama apakah itu ambulans? Mobil jenazah atau iring-iringan pejabat untuk kepentingan dinas? Kendaraan lain dipinggirkan itu demi mengejar tujuan agar cepat karena ada tugas negara," kata Dedi melalui ponselnya, Sabtu (31/10/2020).

Baca juga: Siapa Letjen (Purn) Djamari Chaniago, Dia Ada di Rombongan Moge yang Keroyok TNI di Bukittinggi

Baca juga: 461 Wisatawan di Pangandaran Jalani Rapid Test, Hasilnya Dua Orang Reaktif

Dedi mengaku sering mengendarai motor atau mobil sendirian. Lalu tiba-tiba dari belakang terdengar suara sirine kendaraan pengawalan.

Ketika dilihat ternyata itu rombongan pengendara motor gede dan kadang pula motor biasa yang sedang melakukan tur.

"Dalam hati saya bertanya, kapasitas mereka itu apa dan urgensinya apa sehingga saya harus minggir oleh rombongan motor baik besar atau kecil," katanya. 

"Apa ada tugas negara yang harus segera diselesaikan? Ataukah jenazah yang harus segera dikuburkan? Atau pula pasien yang harus segera ditangani rumah sakit? Urgensinya apa itu?" ujar Dedi.

Dedi mengatakan, belajar dari kasus pemukulan dua anggota TNI oleh oknum anggota klub motor gede, harus ada penegasan tentang penggunaan jalan raya untuk kepentingan umum.

Pemerintah juga harus memberi jaminan perlindungan kepada pengguna jalan dari berbagai unsur gangguan yang tak memiliki relevansi dengan penggunaan fasilitas pengawalan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Lalu Lintas.

Baca juga: Begini Komentar Rekan Senegara Cristiano Ronaldo Ini Setelah Mencetak Gol Kemenangan Liverpool

"Ketika ada iring-iringan motor yang dikawal polisi, akan ada pertanyaan, Anda itu siapa? Kok meminggirkan saya. Anda itu dalam tugas negara atau main. Masa main aja nyusahin orang lain. Anda touring saja nyusahin orang lain," kata anggota DPR dari Fraksi Golkar itu.

Sebelumnya diberitakan, sebuah video yang memperlihatkan dua anggota TNI dikeroyok pengendara motor gede ( moge) viral di media sosial.

Video itu diunggah akun Instagram @reporter.minang yang menyebutkan pengeroyok adalah sejumlah orang yang diduga anggota klub motor gede.

"Sepotong video aksi main keroyok segerombolan anggota klub motor besar terjadi di Kota Bukittinggi, persisnya di Simpang Tarok, Jumat, 30 Oktober 2020 sore viral di jagad maya," tulis akun tersebut.

Dalam video itu terlihat korban didorong hingga tersungkur. Setelah itu, salah satu pelaku menendang kepala korban.

Setelah kejadian, dua orang anggota klub motor gede (moge) Harley Davidson asal Jawa Barat ditangkap polisi setelah diduga mengeroyok dua anggota TNI asal Kodim 0304 Agam, Sumatera Barat.

Dua orang tersebut masing-masing adalah MS (49) dan B (18). Keduanya dijerat Pasal 170 KUHP tentang tindak kekerasan di depan umum dengan ancaman 5 tahun penjara.

Baca juga: HASIL Liga Italia: Begini Alasan Antonio Conte Setelah Inter Milan Kembali Gagal Menang

"Dua orang sudah kami tahan inisial MS (49 th) dan B (18 th). Pasal yang dipersangkakan adalah 170 KUHP," kata Kapolres Bukittinggi AKBP Dody Prawiranegara yang dihubungi Kompas.com, Sabtu (31/10/2020).

Dody mengatakan, awalnya kasus itu sudah didamaikan secara kekeluargaan pada Jumat (30/10/2020) sore.

Namun ternyata korban kemudian membuat laporan polisi pada malam harinya.

"Kami hanya menindaklanjuti laporan yang dibuat korban ke polres dan sudah kami tindaklanjuti. Pelaku yang terbukti lakukan tindak pidana sebanyak dua orang dan saat ini sudah dilakukan penahanan di rutan polres," kata Dody.

Baca juga: Perlu SKCK untuk Syarat Lamaran Kerja? Buat SKCK Secara Online Saja, Ini Caranya

TILANG-Belasan pengendara moge dengan plat nomor luar kota terjaring razia saat anggota Satuan Lalu Lintas Polres Cimahi menggelar Operasi Zebra Lodaya 2018 di Jalan Cilember, Kota Cimahi, Rabu (31/10/2018).
TILANG-Belasan pengendara moge dengan plat nomor luar kota terjaring razia saat anggota Satuan Lalu Lintas Polres Cimahi menggelar Operasi Zebra Lodaya 2018 di Jalan Cilember, Kota Cimahi, Rabu (31/10/2018). (TRIBUN JABAR / HILMAN KAMALUDIN)

Dedi Mulyadi Tunjukkan kepada Megawati Sumbangsih Kaum Milenial, Sebut Nama Bintang Emon

Anggota DPR yang juga seorang YouTuber, Dedi Mulyadi mengatakan, setiap generasi pasti memberikan kontribusi bagi bangsanya.

Kontribusi itu bisa berbentuk karya nyata seperti penemuan, kewirausahaan dan juga dalam bidang keilmuwan.

Hal itu disampaikan Dedi untuk merespons pernyataan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri terkait sumbangsih kaum milenial bagi bangsa dan negara.

Sebelumnya, Megawati mempertanyakan sumbangsih kaum milenial kepada bangsa dan negara.

Ia melihat bahwa generasi milenial hanya bisa berunjuk rasa, seperti demonstrasi penolakan terhadap UU Cipta Kerja.

"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati.

Baca juga: Ramalan Bintang 31 Oktober 2020 Zodiak Cinta: Libra Atur Jadwa Liburan Romantis , Leo Jomblo Kecewa

Bintang Emon.
Bintang Emon. (Instagram Bintang Emon.)

Menurut Dedi, bentuk kreativitas lain pada zaman teknologi digital dan internet itu adalah bidang otokritik dalam setiap episode zaman.

Ia menilai, kreativitas dalam bentuk otokritik juga merupakan bagian dari kontribusi bangsa.

"Salah satu hal menarik pada zaman sekarang ini adalah model oposisi kreatif gaya Bintang Emon. Kalimatnya pendek, cukup mengena dan menjadi viral. Itu salah satu model oposisi kreatif," kata Dedi melalui ponselnya, Jumat (30/10/2020).

Dedi mengatakan, kritik dengan gaya kreatif model Bintang Emon itu patut diapresiasi. Terlepas setuju atau tidak atas isi dari konten itu.

"Kita patut apresiasi walaupun barangkali kita keberatan isinya, tapi dari sisi aspek dia (Bintang Emon) mengelola konten kita hargai," kata wakil ketua Komisi IV ini.

"Bisa jadi kita keberatan terhadap isinya karena tergantung posisi kita hari ini," lanjutnya.

Baca juga: Jordan Pickford Lakukan Tekel Horor kepada Virgil van Dijk, Begini Pandangan Kiper Alisson Becker

Namun demikian, Dedi mengatakan bahwa konten otokritik via media sosial yang sering dibuat oleh para pegiat medsos seperti Bintang Emon itu harus diakui sebagai bentuk kreativitas dan menarik.

"Kita harus akui bahwa itu cara oposisi kreatif dari pegiat media sosial," kata budayawan tersebut.

Baca juga: Klasemen Liga Inggris dan Hasil Lengkap, Liverpool di Puncak, Tottenham Hotspur Menyodok

Ada Jenderal di Rombongan Moge

Letjen (Purn) Djamari Chaniago disebut turut berada di dalam rombongan motor gede yang terlibat asus pengeroyokan dua anggota TNI di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kasus itu berakhir di Polres Bukittinggi.

Dua orang pun telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.

Lalu siapakah sosok Letjen (Purn) Djamari Chaniago itu?

Dilansir dari Tribunnews, seperti diberitakan Tribun Padang, dua orang anggota rombongan pengendara Harley Davidson telah menjadi tersangka dalam kejadian tersebut.
Keduanya dua orang sebagai tersangka yakni BSA (18 tahun) dan MS (49 tahun).

Diduga adalah anggota Harley Davidson Owner Group (HOG) Indonesia.

Keduanya jadi tersangka setelah melakukan pemukulan terhadap Serda Mistari dan Serda Yusuf

Serda Mistari mengalami luka bibir pecah, kepala bengkak akibat dipukuli.

Serda Yusuf mengalami kepala bengkak akibat diinjak, leher sakit, perut memar akibat tendangan.

Dandim 0304/Agam Letkol Arh Yosip Brozti Dadi sempat mendatangi rombongan di Hotel Novotel Kota Bukittinggi setelah kejadian tersebut.

Yosip menemui Letjen (Purn) Djamari Chaniago yang merupakan bagian dari HOG dan menjadi ketua Long Way Up Sumatera Island pada acara touring klub motor tersebut.

Jamari mewakili klub motornya meminta maaf atas pemukulan yang terjadi.

Akan tetapi insiden pengeroyokan tersebut tetap dilaporkan ke polisi.

Yosip atas perintah Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen Irwansyah melaporkan secara resmi kejadian pemukulan tersebut ke Polres Bukittinggi.

Hingga saat ini poisi terus melakukan pengusutan.

Tentang Djamari Chaniago

Lantas siapakah Djamari Chaniago, pensiunan jenderal yang disebut-sebut dalam kasus tersebut?

Djamari disebut-sebut adalah salah satu petinggi HOG di Indonesia.

Di kalangan militer di zamannya, Djamari cukup dikenal.

Ia merupakan pensiunan jenderal bintang tiga dengan jabatan terakhir yang cukup tinggi yaitu kepala staf umum.

Lulusan Akademi Militer 1971 ini sebelumnya juga menduduki jabatan strategis seperti Panglima

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Pangdam Siliwangi.

Selain menangkap dua pengendara motor gede alias moge, Polres Bukittinggi juga menahan belasan motor Harley Davidson.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved