Jimbe dan Lidulidu Cipacing

Sulit Dipercaya, Ternyata Dibuat dari Limbah Gulungan Benang, Kulit Sapi, Drum Plastik, dll

Berbagai jenis alat musik perkusi dipajang rapi di rumah milik Dede Komarudin (51) di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Dede Komarudin, perajin beragam alat musik dari limbah di kediamannya di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID - Berbagai jenis alat musik perkusi dipajang rapi di rumah milik Dede Komarudin (51) di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Andai saja tak melihat langsung proses pembuatannya, sulit percaya bahwa semua alat musik itu terbuat dari limbah.

Di Cipacing, Dede mengelola tempat produksi "Pengrajin Alat Musik Pangestu".

Baca juga: VIRAL Kisah Pilu Pernikahan, Baru 12 Hari, Istri Telantar Tanpa Nafkah dan Kabar, Ditalak Lewat WA

Saat ditemui di sana, Selasa (27/10), Dede tengah membuat gendang triple yang terbuat dari bahan baku bekas gulungan benang dan kulit sapi.

Biasanya, kata Dede, ia juga membuat alat musik pukul lainnya seperti jimbe, kompang, bahkan terbangan.

Ia bahkan juga membuat lidu-lidu (didgeridoo; baca: didjeridu), alat musik tiup berukuran satu meter yang terbuat dari kayu jati, yang biasanya dimainkan oleh suku Aborigin di Australia.

Baca juga: INILAH Tip-tip Aman, Nyaman, dan Sehat di Tempat Hiburan dengan Disiplin 3M

Proses pengerjaan berbagai jenis alat musik ini dilakukan sendiri oleh Dede, mulai mulai mengukir, mengecat menggunakan vernis, hingga menyetel suara supaya tidak sumbang saat dimainkan konsumen yang sudah memesan alat musik tersebut.

Dede tampak piawai saat menghias alat musik triple menggunakan cat dengan mengadopsi gambar atau konsep Suku Aborigin sehingga alat musik itu tampak menarik dan sudah siap untuk dipasarkan.

"Saya memulai usaha ini tahun 1990 setelah keluar sekolah. Awalnya, saya dagang, tapi banyak permintaan dari teman di Bali untuk membuat triple," ujarnya.

Baca juga: Ini Artinya Jika Kucing Anda Tunjukkan Bokong, Bukan Sedang Ingin Mengejek Lho

Ia mengatakan, pada masa-masa awal produksi, hampir semua alat musik produksinya ia pasok ke pemilik toko di Bali.

Itu ia lakukan karena di sana banyak anak muda yang hobi bermain perkusi, terlebih pemilik toko di Bali itu kebanyakan teman-temannya.

"Jadi, kalau sudah ada pesanan dari teman saya di Bali, baru saya buatin. Bahannya, untuk triple banyak di tukang rongsokan, termasuk gendang plastik yang terbuat dari bekas drum plastik," ucapnya.

Selama beberapa tahun, kata Dede, pemasarannya hanya mengandalkan kenalan yang ada di Bali saja.

Baru beberapa tahun yang lalu ada sedikit penambahan. Pemasarannya juga ia lakukan secara online.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved