Curug Gumawang, Dulu Hanya Buat Irigasi, Kini Jadi Objek Wisata, Tarif Masuk Cukup Isi Kencleng
Selama bertahun-tahun keberadaan Curug Gumawang di kawasan hutan rakyat di Dusun Sindang Asih Desa
Penulis: Andri M Dani | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS - Selama bertahun-tahun keberadaan Curug Gumawang di kawasan hutan rakyat di Dusun Sindang Asih Desa/Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis hanyalah sebagai sumber air saluran irigasi Gumawang.
Irigasi yang mengairi 7 hektare sawah dan beberapa petak kolam di dusun yang berbatasan langsung dengan Desa Bungur, Kecamatan Langkap Lancar, Kabupaten Pangandaran.
Padahal curug yang berada tepat di perbatasan Desa/Kecamatan Banjaranyar (Ciamis) dan Desa Bungur Langkaplancar (Pangandaran) tersebut menyimpan keindahan alam yang mempesona. Alamnya sejuk airnya jernih. Berada di lembah tebing yang ditumbuhi banyak pohon-pohon.
Di antara hamparan tebing batu muncul dua air terjun (curug) yakni Curug Tengah setinggi 5 meter dan di bawahnya langsung Curug Gumawang setinggi 40 meter.
Sebagian air dari Curug Tengah oleh warga dialirkan ke saluran irigasi Gumawang. Sedangkan lebihnya menjelma menjadi air terjun Curug Gumawang yang mempesona. Aliran air yang jatuh sambung menyambung dari ketinggian 40 meter.
• Warga Lelea Indramayu Ini Pulang dari Jakarta Bawa Virus Corona, Positif Covid-19 Setelah Swab Test

Curug Gumawang ini berada sekitar 200 meter dari jalan kampong, atau sekitar 3 km dari Balai Desa Banjar Anyar. Cukup jauh dari pemukiman warga.
Untuk sampai di lokasi Curug Gumawang ini harus berjalan kaki sekitar 200 meter menelusuri jalan setapak di sisi saluran irigasi Gumawang.
“Selama ini curug ini hanya untuk saluran irigasi saja belum jadi tempat wisata. Di buka untuk lokasi (wisata) baru seminggu ini. Sejak setahun lalu memang sudah ada yang datang, tapi tidak seramai sekarang,” ujar Didim (60) tokoh warga setempat kepada Tribun Kamis (9/7).
Biasanya warga yang datang ke lokasi curug umumnya adalah petani untuk mengecek air irigasi untuk mengairi sawah masing-masing.
“Atau mau cari odeng (madu lebah). Saya dulu juga suka cari odeng di pohon-pohon sekitar curug ini. Tetapi sekarang sudah menjadi objek wisata. Mudah-mudahan ekonomi masyarakat makin maju,” ujarnya.
• Objek Wisata Milik Swasta di Kota Sukabumi Sudah Buka Kembali, Tinggal Milik Pemkot Belum Dibuka
Dibukanya lokasi Curug Gumawang sebagai destinasi wisata tak terlepas dari peran petani dan warga yang terhimpun dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Bina Lestari Desa Banjaranyar.
Kelompok tani yang biasa keluar masuk hutan berburu madu dan beternak lebah sehingga Dusun Sindang Asih dan Dusun Karang Legok terkenal sebagai kampong madu. Lokasi tebing curug berada di tanah warga.
“Setelah PSBB berakhir tanggal 26/6 lalu muncul gagasan untuk membuka Curug Gumawang sebagai objek wisata. Anggota KTH dan warga bergotong royong. Membuat dan membersihkan jalan setapak menuju curug. Lihat saja jalan setapak dan pagar-pagarnya masih baru. Semuanya dikerjakan bergotong royong sejak dua minggu lalu,” ujar Heri Kuswanto, mantan Ketua KTH Bina Lestari kepada Tribun.

Jalan setapak dibikin tidak hanya sepanjang sisi saluran irigasi. Tetapi juga menuruni tebing, lengkap dengan tangga-tangga sederhana untuk memudahkan pengunjung sampai ke dasar lembah untuk mandi-mandi di genangan air curug.
“Sambutan warga luar biasa. Tiap hari selama seminggu terakhir, Curug Gumawang tidak pernah sepi. Rata-rata tiap hari ada sekitar 200 orang mengunjungi curug. Kebanyakan memang pengunjung local, berekreasi bersama anak-anaknya,” katanya.
Pengunjung kebanyakan masih warga lokal Banjar Anyar maupun dari desa tetangga, Desa Bungur Kecamatan Langkaplancar Pangandaran.
• Lahan Bekas Bioskop Kiara 21 Digugat ke PTUN, Ditinggal ke Jerman Beralih ke Pihak Lain
Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pengelola sudah memasang sejumlah rambu-rambu peringatan bagi pengunjung untuk hati-hati dan waspada karena lokasi curug berada di tebing yang cukup terjal. Tebing batu.
Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun animo warga untuk mengunjungi Curug Gumawang seakan tak terbendung. Tiap hari banyak yang datang, apalagi di hari libur.
Lapak-lapak warga yang berjualan juga mulai bermunculan. Kehidupan ekonomi warga berdenyut setelah Curug Gumawang dibuka sebagai objek wisata baru.
Warga mulai berjualan minuman, buah-buahan maupun makanan olahan seperti keripik pisang, sale dan makanan lainnya untuk oleh-oleh. Ini bukti nyata, ketika objek wisata dibuka di tahapan new normal ini ekonomi warga pun bangkit.
Warga setempat tak hanya mengandalkan madu atau cengkih, tetapi kini banyak yang berjualan di lokasi objek Curug Gumawang tersebut.
Untuk sementara masuk lokasi Curug Gumawang tidak ditarif alias tidak dikarcis. Cukup mengisi kencleng yang disediakan di pintu masuk sekalian mengisi buku daftar tamu.
“Belum dikarcis, karena masih menunggu perdesnya. Sekarang buat yang masuk lokasi objek cukup isi kencleng seikhlasnya. Kencleng yang terkumpul untuk biaya pemeliharaan,” ujar Heri.
Bagi pengunjung yang datang dari jauh, menuju Curug Gumawang memang cukup melelahkan. Tetapi kepenatan tersebut akan terobati ketika sudah sampai di lokasi curug yang indah mempesona tersebut.
• Kedai Oleh Oleh Simadu Tawarkan Kue Burayot Asli Khas Garut di Cinunuk Sejak 1993
“Untuk pengunjung yang menggunakan sepeda motor tidak terlalu banyak masalah. Tapi bagi pengunjung yang datang dengan mobil, kondisi jalan masih belum menguntungkan. Perlu ada perbaikan jalan dari arah balai desa sampai ke dekat lokasi curug. Sekitar 3 km,” harapnya.
Menurut Sekdis Dinas Pariwisata Ciamis, Budi Kurnia, Curug Gumawang ini merupakan salah satu dari 44 destinasi alam yang buka kembali setelah berakhirnya masa PSBB parsial terbatas akhir Juni lalu dan masuknya tahapan new normal.
Malah Curug Gumawang, destinasi wisata yang baru dibuka sama sekali yang dikelola kelompok warga